Medan (Antaranews Sumut) - Restoran cepat saji KFC Indonesia mulai 2017 hingga kini mengurangi atau tidak lagi menyediakan sedotan plastik mendukung perbaikan lingkungan di Indonesia.
     
"Kampanye tanpa sedotan plastik di KFC pada awalnya digagas di beberapa gerai di Jakarta tahun 2017  dan kemudian meluas hingga ke Jabodetabek dan  akhirnya ditetapkan sebagai gerakan nasional," ujar General Manager Marketing PT Fast Food Indonesia, Hendra Yuniarto, di Medan, Senin.
     
Menurut dia, gerakan itu hasilnya  cukup signifikan karena pemakaian sedotan plastik pada gerai KFC menurun hingga 45 persen di setiap gerai.
     
Meskipun awalnya, ujar Hendra banyak diprotes khususnya dari kaum ibu, namun setelah diedukasi soal tanpa sedotan plastik itu bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan Indonesia, konsumen mulai dan semakin respek.

"Hingga akhir tahun 2018, KFC menargetkan penurunan penggunaan sedotan plastik bisa capai 54 persen pada 630 gerai di seluruh Indonesia,"katanya.

Dia menjelaskan, kampanye tanpa sedotan plastik itu merupakan salah satu bentuk konkrit kepedulian KFC terhadap kelestarian lingkungan di Indonesia.

Alasannya, berdasarkan data, sedotan plastik menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kelima di dunia. 

"Dengan langkah itu, KFC berharap dapat menekan produksi sampah plastik sehingga berkontribusi besar untuk kelestarian lingkungan dan laut di Indonesia," ujarnya.

Perwakilan dari Divers Clean Action (DCA) Amrullah Rosadi, mengakui, saat ini daur ulang sampah plastik sudah sangat gencar dilakukan oleh para pelaku daur ulang. 

Namun hal tersebut belum maksimal mengurang limbah plastik karena pada umumnya, daur ulang masih dilakukan terhadap sampah plastik yang bernilai ekonomis tinggi. 

"Sementara sampah plastik lainnya seperti sedotan belum dilirik karena antara lain  satuannya kecil sehingga dianggap bernilai ekonomi rendah," katanya.

Padahal , kata dia, produksi sampah sedotan plastik itu sangat tinggi karena juga digunakan banyak warung yang menjamur di desa dan kota.

Data, katanya menunjukkan, hampir setiap hari setiap orang menggunakan sedotan 1 - 2 kali.

" Pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya diperkirakan mencapai 93,2 juta yang berasal dari restoran, warung dan minuman kemasan serta lainnya," ujar Amrullah.

Dia menjelaskan, sedotan plastik sendiri menjadi bagian dari sampah yang sangat sulit untuk didaur ulang secara alami. 

Meski ukurannya rata-rata hanya sepanjang 10 cm, namun proses daur ulangnya membutuhkan waktu hingga 500 tahun mengingat bahannya berasal dari polypropylene yang tahan lama dan tidak terdegradasi secara alami.

Semakin lama menjadi butiran kecil yang disebut microplastik, maka sangat berbahaya bagi ekosistem laut. 

"Kondisi itu sangat mengkhawatirkan karena bukan hanya laut atau alam yang rusak.Ikannya juga pada akhirnya berbahaya untuk dikonsumsi karena mengandung limbah plastik,"katanya.
 

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018