Samosir (Antaranews Sumut) - Rumah Belajar Sianjur Mulamula (RBSM), Kabupaten Samosir yang berorientasi melestarikan budaya daerah etnik Batak didirikan di Desa Hutabalian pada tahun 2015.

Dalam kurun tiga tahun, keberadaan rumah belajar yang diprakarsai Nagoes Puratus Sinaga diterima masyarakat dan berkembang di tujuh desa lainnya, Huta Gurgur, Sarimarrihit, Aek Sipitu Dai, Habeahan Naburahan, Sikkam, Siboro dan Sosor Nangka.

Nagoes Puratus Sinaga mengatakan, pihaknya tidak hanya mengajarkan pendidikan kepada anak didik, tetapi meluas sampai pada wawasan budaya. 

DI RBSM, anak didik diharuskan memakai sarung untuk melestarikan budaya Batak Toba, sehingga menjadi contoh untuk generasi yang lebih tua dari usia mereka.

Anak didik seusia sekolah dasar, juga diarahkan menghargai perbedaan budaya sebagai antisipasi dini menghindari perpecahan. 

Pada Hari Jadi Ke 3 Tahun, RBSM mengembangkan literasi pendidikan dengan membuka kebun pewarna alami untuk ulos, kebun obat-obatan tradisional dan bank sampah di lahan seluas lima hektare.

Perwakilan dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Samosir, Gallis AS menilai sekolah adat menjadi penting agar generasi tidak terputus dari adat istiadat, identitas dan kebudayaan tetap dilestarikan.

Dia menekankan, adat merupakan warisan yang paling berharga dalam kehidupan, untuk itu elemen masyarakat diajak peduli terhadap sekolah adat sebagai warisan budaya yang hanya ada di satu tempat.

Pemkab Samosir menekankan komitmen dalam pelestarian budaya Batak sebagai kearifan lokal dan tradisi adat istiadat, dengan memasukkan pelajaran budaya dan bahasa Batak dalam kurikulum pendidikan. 

Wakil Bupati, Juang Sinaga mengatakan, budaya Batak merupakan suatu karya Tuhan yang memberikan tatanan adat istiadat, pemikiran dan sopan santun yang dirangkum dalam Dalihan Natolu.

Pewarta: Waristo

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018