Kesultanan Deli memberikan gelar kebangsawanan kepada Presiden Joko Widodo dengan gelar Tuanku Seri Indera Utama Junjungan Negeri pada Minggu (7/10) 2018 bertepatan dengan 27 haribulan Bulan Muharram 1440 H di Balairung Istana Maimoon. 

Gelar tersebut memiliki makna filosofis sebagai sifat baik yang dimiliki oleh pemimpin untuk membangun negerinya dengan tiupan udara segar (yang bermakna kemakmuran) ke seluruh pelosok negeri. 

Gelar itu adalah gelar tertinggi kebangsawanan yang diberikan oleh Kesultanan Deli. 

Prof. OK. Saidin, gelar Datuk Seri Amar Lela Cendekia dalam kesempatan itu membacakan sinopsinya yang menyebutkan dalam menjalankan program-program pemerintahan membangun negara dan mensejahterakan kehidupan rakyat Indonesia.

Serta di tengah gejolak politik dan ekonomi yang melanda dunia saat ini di bawah kepemimpinan Joko Widodo, Indonesia mampu mengatasi segala rintangan termasuk mengatasi kesedihan dan kesulitan bangsa yang akhir-akhir ini tertimpa berbagai bencana. 

Perhatian yang sangat besar telah ia berikan bagi kelangsungan hidup Kesultanan dan Kerajaan yang tersebar di seluruh penjuru negeri berikut sistem kerapatan adat yang menopang eksistensi mereka yang menyimpan banyak kearifan yang ia sebut sebagai kearifan lokal yang kelak akan menjadi landasan bagi kearifan nasional.

Dia sadar di tengah orang-orang memaknai paradigma pembangunan sebagai sebuah proses pembelajaran, tapi ia memilih paradigma lain, pembangunan adalah melakukan sesuatu, tidak hanya dan bukan hanya mempelajari sesutu.

Karena itu Kesultanan Deli memandang itulah sosok putera terbaik bangsa yang patut dan pantas diberi anugerah tertinggi, gelar Kebangsawanan di Kesultanan Negeri Deli, yang dapat dinukilkan dalam syair.


Acara dilanjutkan dengan penepung tawaran yang diawali oleh Sultan Deli XIV,Pemangku Sultan Deli dan  tamu dari Kesultanan lainnya yang hadir,  diikuti dengan Gubernur Sumatera Utara, Bapak Letjen (Purn) Edy Rachmayadi.


Sultan Deli IVX Tuanku Mahmud Lamantjiji Perkasa Alam menyampaikan dalam luapan kegembiraan dan penuh sukacita ia menyambut kehadiran kerabat Istana Maimoon yang baru.

Dalam kesempatan ini ingin rasanya kami menyampaikan curahan hati kami kepada Yang Mulia Tuanku Seri Indera Utama Junjungan Negeri, H. Ir. Joko Widodo, Bapak Presiden Republik Indonesia beserta Encik Puan Iriana Joko Widodo.”

Kemudian Sultan Deli menyampaikan sekilas tentang perjalanan sejarah yang panjangKesultanan Negeri  di negeri ini. Mulai dari Sultan Deli pertama, Gojah Pahlawan (1632-1669) sampai Sultan Deli ke-XIV yang usianya memasuki 4 abad. 

Pada masa Sultan Ma'moen Alrasyid Perkasa Alamsyah (1873-1924), Sultan Deli yang ke IX, berhasil meletakkan sendi-sendi pembangunan ekonomi yakni mendatangkan investor asing Belanda, terbukalah perkebunan yang luas dengan hasil terbuka dan terjalin hubungan dagang antar negara hingga sampai ke Eropa. 

Kejayaan Negeri Deli semakin hari semakin tersohor ketika perkebunan luas terbentang, kota-kota tertata rapi, jaringan Kereta Api, telepon, air bersih, dibangun, pusat-pusat dan sentra bisnis dibangun. Deli Spoorweg Maatschappij, membangun jaringan kereta api, Deli Telefonken Maaschappij membangun jaringan telepon, Ajer Bersih Maatschappij membangun jaringan air bersih, drainase-drainase di tengah kota dibangun hingga Deli dijuluki sebagai Parisj van Soematera. 

Sejak itu berdatanganlah orang-orang dari seluruh penjuru dunia, seluru pelosok nusantara, menuju negeri Deli yang bertuah. Mulai dari Penang, Arab, India, Jawa dan negeri-negeri tetangga yang berdampingan dengan Kesultanan Deli, dari Aceh, Minang, Tanah Karo, Tanah Batak, Tanah Mandailing dan lain-lain sebagainya. 

Sementara Presiden sendiri Joko Widodo, Gelar Tuanku Seri Indera Utama Junjungan Negeri dalam kesempatan itu menyampaikan salam hormat dan atas permintaan tuanku Sultan Deli supaya beliau dipanggil Mas Sultan Tuanku  Mahmud Lamantjiji Perkasa Aalam.

Ia mengatakan dalam gelar adat yang diterimanya terkandung amanah, terkandung tugas berat yang diberikan kepadanya untuk mewujudkan harapan dari kesultanan Deli.

Harapan dari Kerajaan-kerajaan se Nusantara, harapan dari Pemangku adat Indonesia, harapan dari para ulama untuk terus bekerja keras bersama-sama dengan semua elemen bangsa membawa Indonesia bergerak maju, bergotong royong mewujudkan Indonesia yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Untuk meraih kemajuan, kepala negara mengatakantradisi dan kebudayaan Nusantara yang sangat beragam sangat kayanilai-nilai luhur dan sangat kaya dengan kearifan lokal dan itu menjadi sumber energi besar untuk membangun bangsa ini. 

Banyak yang mengira bahwa yang namanya kemajuan itu akan mengkesampingkan budaya, meminggirkan adat istiadat, bagi kita lanjut Presiden, yang menjadi energi utama adalah kebudayaan. Banyak bangsa yang menjadi maju, karena mengakar kuat pada budayanya. 

Ia pun mencontohkan beberapap negara seperti Korea Selatan dan India.India yang telah maju teknologinya, tetapi budayanya tidak ditinggal, bahkan budaya India sudah sangat dikenal di berbagai belahan dunia. 

Oleh karena itu Presiden mengajak semua pihak Keraton, Kesultanan, Raja, Pemangku Adat se Nusantara untuk bersama-sama memajukan Kebudayaan Nasional.

“Kita mengharungi perjalanan zaman yang panjang dengan bermodalkan kapal budaya kita, dan saya yakin Indonesia akan sampai di tempat tujuan, yaitu Indonesia maju dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur asli bangsa Indonesia, ucapnya.

Pemberian Gelar Adat ini adalah merupakan otoritas tunggal, hak prerogatif Sultan yang tidak dapat diintervensi pihak manapun, termasuk Orang-orang Besar bergelar di Kesultanan Deli. Sekalipun Sultan dapat meminta pertimbangan dengan pihak perangkat adat, tapi keputusan mutlak tetap di tangan Sultan. 

 

Pewarta: Rel

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018