Aekkanopan (Antaranews Sumut) – Pendirian Pesantren Azhar Centre didasari keikhlasan, skerja keras dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Diawali dengan kegiatan kecil, saat ini lembaga yang didirikan para alumni Universitas Al Azhar yang ada di Labuhanbatu Utara tersebut telah menunjukkan hasil.
 
MENGIKUTI : Bupati Labura H Kharuddin Syah SE, Ketua MUI Drs H Aminurrasyid Aruan, Kakan Kemenag Agus Priadi SAg Msi dan Pimpinan Pesantren Azhar Centre mengikuti rangkaian kegiatan dengan serius, Selasa. (Foto : Antaranews Sumut/Sukardi)

Demikian dikatakan Pimpinan Pesantren Azhat Centre HM Ifdarsyam Ritonga Lc MHI saat menceritakan sejarah berdirinya lembaga tahfiz yang telah melahirkan 10 penghafal 30 juz Al Qur’an itu sebelum acara peletakan batu pertama pembangunan gedung pesantren di Desa Damuli Pekan Kecamatan Kualuhselatan, Selasa.

“Awalnya kita mengajar anak-anak menghafal Qur’an dengan non-asrama. Mereka menghafal di Masjid Raya Al Aman Aekkanopan,” kata pria yang juga Ketua BKM Al Aman Aekkanopan dalam kegiatan yang juga dihadiri Bupati H Kharuddin Syah SE dan Ketua DPRD Labura itu.

Selanjutnya mulai ada donator yang memberi bantuan seperti anggota DPRD Sumut yang menghibahkan rumahnya. Rumah itu kemudian dijadikan asrama  bagi santri penghafal Qur’an dengan santri awal sebanyak empat orang.

“Dalam melaksanakan aktivitas, kita melupakan logika. Karena kalau Allah berkehendak, apa pun bisa dilaksanakan. Alhamdulillah, santri dan donator bertambah sehingga sekarang kita mengasuh 28 santri yang 10 diantaranya sudah berhasil menghafal 30 juz,” katanya.

Demikian juga dengan pengadaan lahan yang akan dibangun. Menurutnya ada seorang tokoh bernama Saleh Partaonan Daulay yang menyatakan siap membayar lahan untuk pembangunan.

“Alhamdulillah dengan bantuan Camat Kualuhselatan (H Samsul Tanjung—red) dan ibunda Susi Asmarani, kita berhasil membeli lahan ini. Dan untuk meratakannya hingga seperti sekarang kita mendapat bantuan alat berat dari Pemkab Labura,” jelasnya.

Menurutnya, kompleks bangunan yang terdiri dari masjid, gedung sekolah, asrama putra, asrama putri, tempat makan putra, empat makan putri , rumah guru, dapur, mess yayasan, gedung tunggu wali santri dan gedung koperasi diperkirakan akan menelan biaya Rp19 miliar lebih.

“Jumlah itu memang besar bagi kita, tapi kecil bagi Allah. Kita tetap berusaha dan melupakan logika. Karena kita yakin Allah akan memberi bantuan kepada para penghafal Qur’an yang merupakan keluargaNya di dunia,” sebutnya.

Dicontohkannya, ada seorang warga yang keadaannya biasa saja. Ia rela menjual tanahnya dan menyerahkan seluruh hasil penjualan untuk membantu pembangun pesantren tersebut.

Kegiatan itu dibuka dengan pembacaan ayat suci oleh 11 santri yang 10 diantaranya adalah remaja dan pemuda yang hafal 30 juz Al Qur'an. Bacaan yang mereka lantunkan mampu menyedot perhatian pejabat dan undangan yang hadir.
 

Pewarta: Sukardi

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018