Taput (Antaranews Sumut) – Pulau Sibandang, daratan di tengah danau Toba yang dalam istilah batak disebut 'pulo', ternyata tidak sekedar indah atas panorama alamnya, sejumlah kekayaan budaya mulai dari keberadaan perkampungan batak hingga situs sakral, akan dipersiapkan sebagai obyek yang mampu menarik minat kunjungan wisatawan.

"Meski anggaran terbatas, namun upaya untuk mewujudkan Sibandang sebagai destinasi wisata akan disiapkan," terang Kepala dinas pariwisata Binhot Isak Aritonang, Selasa.

'Pulo Sibandang' memiliki luas lebih kurang 850 hektar, dimana keberadaan pantai indahnya berhadapan langsung dengan Tarabunga dan Sigaol, juga Laguboti, dan Dolok Tolong Tobasamosir yang terlihat jelas.

Sisi lainnya juga berhadapan dengan pantai- pantai di Kecamatan Nainggolan, Onanrunggu, dan Kecamatan Palipi yang berada di dalam lingkar Pulau Samosir.

Perjalanan menuju Sibandang hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit dari Bandara Silangit yang selanjutnya menyeberangi Danau Toba dari pelabuhan Muara.

Menurut Binhot, Pulau Sibandang yang sejak dahulu terkenal dengan buah mangganya, memiliki potensi wisata yang tersebar di tiga desanya, yakni Sampuran, Papande, dan Desa Sibandang.

"Selain sudut panorama alam yang indah, di Desa Sampuran, juga terdapat ritual masyarakat setempat yang dinamai 'hoda-hoda' atau sejenis kuda lumping yang dapat dinikmati wisatawan," jelasnya.

Mengunjungi Desa Papande yang merupakan sentra tenun 'ulos harungguan' sebagai rajanya ulos atas keberagaman motif yang dimiliki hingga penyematannya terdahulu menjadi ulosnya para raja, juga akan memberikan pengalaman menarik bagi wisatawan.

Sementara, di Desa Sibandang, kata Binhot, wisatawan akan disuguhi keberadaan perkampungan batak dengan rumah adatnya, juga batu bersusun bak benteng setinggi 1-2 meter yang mengelilingi wilayah perkampungan.

Serta, keberadaan goa yang dipercaya masyarakat memiliki nilai kesakralan, dimana pada jaman dahulu dijadikan sebagai tempat pemujaan untuk memohonkan pertolongan yang Kuasa dalam berbagai hal, seperti meminta turunnya hujan di musim kemarau.

"Itu merupakan potensi wisata Sibandang yang merupakan pulau terbesar sejati di wilayah danau toba dengan sebutan 'the biggest real island'," sebutnya.

Kata Binhot, warga 'Pulo Sibandang' juga berkeinginan agar wilayahnya bebas dari penggunaan kendaraan bermotor. Sehingga, penggunaan unit sepeda bisa dimaksimalkan demi menjaga kenyamanan, serta kelestarian alam yang pasti akan disukai wisatawan.

Disebutkan, untuk menyiasati keterbatasan anggaran daerah dalam memperkuat unsur amenitas, atraksi, dan aksesibilitas di Sibandang, Pemkab Taput berupaya menggandeng pemerintahan atasan maupun pihak ketiga, juga peran perantau yang sangat diharapkan.

Pemanfaatan anggaran dana desa juga dimaksimalkan dalam mendukung penguatan unsur pariwisata dimaksud. Sebab, pemerintah daerah juga melibatkan seluruh kelembagaan di desa, termasuk karang taruna, dan Bumdes dalam mewujudkan keberadaan 'homestay', sebagai upaya penguatan tersebut.

Pewarta: Rinto Aritonang

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018