Kalau selama ini ada pandangan bahwa dunia tambang adalah dunianya kaum lelaki. Tidaklah demikian kondisinya di Tambang Emas Martabe. Tambang Emas yang berlokasi di Desa Aek Pining Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara itu sejak tahun 2016 sudah memiliki program keberagaman gender. Dan hasilnya saat ini sebanyak 494 tenaga kerja perempuan dari 2.649 total karyawan tambang baik yang lokal maupun kontraktor bekerja di PT Agincourt Resources.

Komitmen perusahaan terkait program keberagaman gender ini terus bergulir. Manajemen perusahaan semakin menunjukkan komitmennya dengan merekrut tenaga kerja wanita tahun ini diberbagai posisi. Bahkan tahun 2019 perusahaan memiliki target 25 persen tenaga kerja perempuan di Tambang Emas Martabe.  
Menurut Senior Manager Corporate Communication Tambang Emas Martabe, Katarina Siburian, dengan target itu akan menghantarkan Tambang Emas Martabe satu-satunya tambang di Indonesia yang memiliki tenaga kerja perempuan sampai 25 persen.

Berbagai kegiatan yang bertemakan tentang gender digelar perusahaan yang memiliki sumber daya emas 8,8 juta ounce itu. Baik untuk kalangan internal dan juga untuk umum. Bagi kalangan internal perusahaan menggelar perayaan hari Kartini yang bertajuk ‘Merayakan Keberagaman Gender di Tambang Emas Martabe.’ Pemeriksaan Pap Smear dan USG Mammae bagi karyawan perempuan. Sedangkan untuk kalangan umum diadakannya orientasi lanjutan media dengan tema Tantangan dan Potensi Penerapan Inisiatif Keberagaman Gender di Dunia Pertambangan.

Lantas apa yang diharapkan perusahaan dengan keberagaman gender ini? Menurut Linda Siahaan selaku Wakil Presiden Direktur PT Angincourt Resources dalam sambutan tertulisnya pada acara orientasi lanjutan media baru-baru ini di Padangsidimpuan mengungkapkan, dengan menghargai keberagaman gender disemua tingkatan jabatan perusahaan, akan mampu meningkatkan kekuatan, kemampuan kinerja dan penyelesaian masalah serta kesempatan berinovasi di perusahaan.

Untuk membuktikan hal itu penulis melakukan wawancara kepada sejumlah karyawan perempuan dan juga laki-laki yang bekerja di Tambang Emas Martabe.
Wiwi Patyasih yang bekerja di Departemen Corporate Communication mengungkapkan rasa senangnya bekerja di Tambang Emas Martabe. Wanita kelahiran Bontang 39 tahun lalu itu merasa nyaman di Tambang Emas Martabe karena mendapat perlakuan yang aman dari rekan kerjanya  tanpa mengesampingkan tugas dan tanggungjawab masing-masing.

“Kalau di departemen kami hampir 70 persen karyawannya adalah perempuan. Karena kami memiliki tiga devisi seperti SEM, ICP, MEDREL yang memiliki tugas dan tantangan yang cukup menarik,”ujarnya.

Sebagai karyawan yang sehari-hari bertemu dengan masyarakat baik itu melalui kegiatan di dalam tambang dan juga di luar tambang, dituntut penampilan yang maksimal. Peluang itulah yang dimanfaatkan Wiwi untuk menunjukkan tampilan feminimnya dalam memberikan informasi tentang produk dari Tambang Emas Martabe kepada publik dan masyarakat.

“Walaupun saya kerja di tambang tampilan feminimnya harus tetap terlihat. Jangan sampai ada kesan orang yang bekerja di tambang emas penampilannya asal-asalan. Dengan demikian image masyarakat bahwa bekerja di tambang itu tidak bisa tampil cantik akan berubah,” ucap wanita berparas manis itu.
Pengakuan yang sama tentang kenyamanan dan peluang menduduki posisi di Martabe juga diakui Fitriani Ritonga dan Nurafni Harahap. Wanita yang bekerja di Departemen lingkungan ini mengungkapkan dari tiga orang karyawan di Departemen mereka, dua karyawannya wanita.

Yang tidak kalah menarik adalah penuturan Vivi Yanti yang sudah 5 tahun bekerja di Tambang Emas Martabe. Wanita kelahiran Batangtoru, Tapanuli Selatan itu dipercaya untuk mengoperasikan Manhaul atau lebih dikenal dengan sebutan supir mobil truk besar.

Para wanita yang bekerja di Tambang Martabe ini sepakat kalau bahwa tantangan yang mereka hadapi bukanlah menjadi kendala yang berarti. Seperti mengangkat beban berat yang dikhwatirkan berdampak terhadap kesehatan dan keselamatan, serta mengoperasikan alat-alat berat dan bahan peledak gunung. Karena menurut mereka perusahaan memiliki alat teknologi tambang yang sudah modern sehingga tantangan kerja itu netral bagi semua gender, karena cara kerjanya yang dirubah dari manual menggunakan alat yang sudah modern.

“Armada Manhaul yang saya opersikan setiap hari menggunakan sistim hidrolik. Tidak perlu mengeluarkan tenaga berat untuk membuka menutup pintu Manhaul karena dilengkapi dengan tombol hidrolik. Cukup dengan menekan tombol maka pintu sudah terbuka dan tertutup. Demikian juga dengan stir mobil semuanya sistem power stering dan ringan dikemudikan. Mungkin orang lain beranggapan bahwa mobil sebesar ini pasti berat mengoperasikannya, namun kenyataanya tidak karena peralatannya sudah modern,”sebut Vivi.  

Diungkapkan wanita yang setiap hari bekerja mengenakan hijab itu, pihak perusahaan cukup peduli dengan hak karyawan dan perempuan. Setiap karyawan perempuan yang bekerja sebagai operator alat berat ketika usia kehamilan 7 bulan akan dipekerjakan di kantor. Sesudah itu diberikan cuti melahirkan 4 bulan. Bagi ibu yang menyusui disiapkan ruangan khusus laktasi. Di tempat ini ibu yang menyusui dapat memompa ASI untuk dibawa pulang.

“Saya sangat bersyukur bisa diterima bekerja di Martabe ini walaupun sebagai driver Manhaul. Karena gaji yang saya terima sangat mencukupi ditambah lagi dengan bonus dan THR serta kenyamanan bekerja. Dengan penerapan keberagaman gender, saya mengajak kaum saya agar merubah pandangan yang negatif dan berat bekerja di tambang. Bekerja di tambang itu asyik dan banyak pengalaman. Mari kita buktikan bahwa tidak selamanya perempuan itu hanya bekerja di dapur dan lemah,”ajak ibu satu orang anak itu.

Tantangan lain yang dirasakan kaum perempuan yang bekerja di tambang adalah beban ganda. Yakni membagi tugas pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan di tambang. Untuk mengatasi itu Vivi memiliki tips, yaitu adanya kesepakatan bersama dan bagi tugas antara suami dan keluarga.
Sedangkan bagi Wiwi Patyasih yang dipisahkan oleh jarak dengan keluarganya yang berada di Pulau Jawa, memanfaatkan teknologi komunikasi video call untuk melepas rindu serta memantau keadaan keluarga.

“Jarak saat ini tidak menjadi kendala lagi dengan adanya layanan komunikasi yang semakin canggih. Walaupun saya bekerja di Batangtoru dan keluarga berada di Jawa, saya tetap pantau pertumbunan anak dan keluarga saya melalui komunikasi teknologi. Dan jatah cuti yang diberikan perusahaan cukup membantu untuk dapat berkumpul bersama keluarga. Artinya, tantangan dan kendala itu teratasi dengan berbagai solusi yang diberikan perusahaan,”terang Wiwi.

Dengan adanya peningkatan pekerja wanita dan kesetaraan gender di Tambang Emas Martabe apa tanggapan pekerja kaum pria? Menurut Ifan Farianda yang bekerja di Deparemen Superintendent Local Economic Development, kehadiran kaum perempuan di Tambang Emas Martabe menambah semangat kerjanya dan memberi warna.

“Saya sendiri sudah merasakan ketika Departemen kami menghadapi masalah. Dengan diskusi bersama dan menerima masukan dari teman kerja perempuan mampu menjawab persoalan itu. Artinya, kehadiran kaum perempuan berdampak positif terhadap kinerja saya dan mampu mengatasi masalah karena kehadiran kaum hawa memberikan warna tersendiri bagi pekerjaan di tambang ini,”ujarnya.

Menurut Ifan, nuansa alam kerja dengan hadirnya kaum hawa di Tambang Emas Martabe, berbanding terbalik dengan perusahaan tambang emas tempatnya bekerja sewaktu di Kalimantan.

Untuk itulah pria asal Pulau Jawa itu menilai pihak perusahaan Tambang Emas Martabe tidak sebatas komitmen di mulut saja tentang keberagaman gender. Melainkan diikuti dengan program yang berjalan.

“Cukup bagus konsep keberagaman gender yang dilakukan oleh Martabe ini, baik dari sistim perekrutannya sampai dengan posisi jabatan kaum perempuan di Tambang Emas Martabe. Dimana mulai dari karyawan biasa sampai dengan Manager Senior dan Wakil Direkur tersedia posisinya untuk kaum perempuan. Demikian juga dengan hak-hak wanita benar-benar diperhatikan seperti cuti melahirkan. Bukan itu saja perusahaan juga memberikan cuti bagi karyawan laki-laki selama 14 hari untuk mendampingi istri sebelum dan sesudah melahirkan. Sangat jarang perusahaan tambang memberikan hak dan kewajiban kepada karyawannya seperti yang diberikan Tambang Emas Martabe. Saya cukup bangga dengan segala kebijakan di perusahaan ini terlebih menyangkut hak dan kewajiban karyawan,”tandasnya.

Dengan demikian ayah satu orang anak ini menyimpulkan, bahwa apa yang ditargetkan perusahaan dengan penyetaraan gender di Tambang Emas Martabe terbukti meningkatkan kinerja dan menyelesaikan masalah. (***)

“Tulisan Ini Untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Kompetisi Karya Jurnalistik 2018 Tambang Emas Martabe”.


 

Pewarta: Sahat Jason Gultom

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018