Medan (Antaranews Sumut) - Masyarakat diharapkan tidak berpikiran ekstrem dengan menyalahkan keberadaan agama terkait masih banyaknya praktik korupsi yang terjadi di Tanah Air, kata sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara Dr Ansari Yamamah.

"Jangan ekstrem seolah-olah agama gagal kalau ada korupsi. Korupsi muncul justru karena kegagalan menjalankan agama," katanya di Medan, Minggu.

Hal itu disampaikan Ansari Yamamah dalam Diskusi Publik "Sumut Darurat Korupsi" yang diselenggarakan Masyarakat Peduli Perubahan Sumatera Utara yang juga menghadirkan Indonesia Corruption Watch (ICW) dan pakar hukum pidana dari Universitas Sumatera Utara (USU).

Menurut Ansari, praktik korupsi merupakan "barang lama" yang telah berlangsung lama dan terjadi di seluruh sendi kehidupan manusia.

Cukup banyak faktor yang mempengaruhi perilaku korupsi meski pelakunya banyak yang mengaku beragama.

Salah satu faktor yang cukup dominan dalam perilaku korupsi adalah hilangnya etika kesadaran beragama.

Meski banyak yang mengetahui ketidakbolehan dan larangan dalam agama terhadap korupsi dan kejahatan lain, namun ketiadaan etika beragama menyebabkan perbuatan itu masih dilakukan.

Faktor lain yang cukup mempengaruhi adalah banyaknya pemangku kepentingan dalam pelayanan publik yang menganggap agama sebagai simbol semata dalam pranata sosial.

"Karena itu, tidak heran orang yang sekolah agama atau dikenal dengan dekat agama pun tetap melakukan korupsi," ujar Ansari.

Sebelumnya, Koordinator ICW Divisi Korupsi Politik Donal Fariz mengatakan, ada fenomena yang cukup mengherankan belakangan ini karena perilaku korupsi semakin tinggi meski masyarakat terkesan semakin religius.

Karena itu, pihaknya mengharapkan kalangan pemuka agama dapat menyadarkan masyarakat dengan memberikan berceramah mengenai anti korupsi.

(T.I023/B/S023/S023) 03-06-2018 22:37:15

Pewarta: Irwan Arfa

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018