Aekkanopan (Antaranews Sumut) - Direktur Sumatran Tiger Rangers (STR) dan Ketua Yayasan Konservasi Bumi Lestari Indonesia (YK-BLI) Haray Sam Munthe menyesalkan terbunuhnya seekor harimau Sumatera di Desa Bengkaleng Kecamatan Batangnatal Madina, Minggu.
Hal itu dikatakannya menjawab pertanyaan Antara terkait matinya seekor harimau di Mandailing Natal.
"Tentu sangat kita sesalkan kejadian seperti ini kembali terulang," kata putra Labuhanbatu Utara itu via WhattApp.
Menurutnya, peristiwa itu akibat rusaknya hutan sebagai habitat kucing besar tersebut. Demikian juga lambannya petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumut menangani konflik manusia dan hewan buas yang dilindungi tersebut.
"Sudah sepantasnya petugas BKSDA, kehutanan dan pemerintah daerah mendapat sanksi tegas jika terdapat kelalaian dan pembiaran atas rusaknya hutan habitat di sana serta terbunuhnya harimau malang tersebut," tegasnya.
Ketua Yayasan Konservasi Bumi Lestari Indonesia (YK-BLI) itu menilai, terkesan ada pembiaran terhadap kerusakan hutan sebagai habitat bagi harimau sumatra di daerah tersebut oleh Balai Taman Nasional Batang Gadis (BTNBG).
Kerusakan hutan serta lambannya penanganan konflik harimau dengan masyarakat Kecamatan Batang Natal adalah faktor penyebab terbunuhnya satwa langka tersebut, keluhnya.
Sebelum mengakhiri keterangannya, pria yang dikenal dengan penemuan Hadabuan Hill di Labura itu berharap Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar dapat lebih tegas memberikan instruksi kepada jajaran agar spesies kucing besar terahir kebanggaan Republik Indonesia yaitu harimau sumatra, tidak segera menuju kepunahannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018
Hal itu dikatakannya menjawab pertanyaan Antara terkait matinya seekor harimau di Mandailing Natal.
"Tentu sangat kita sesalkan kejadian seperti ini kembali terulang," kata putra Labuhanbatu Utara itu via WhattApp.
Menurutnya, peristiwa itu akibat rusaknya hutan sebagai habitat kucing besar tersebut. Demikian juga lambannya petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumut menangani konflik manusia dan hewan buas yang dilindungi tersebut.
"Sudah sepantasnya petugas BKSDA, kehutanan dan pemerintah daerah mendapat sanksi tegas jika terdapat kelalaian dan pembiaran atas rusaknya hutan habitat di sana serta terbunuhnya harimau malang tersebut," tegasnya.
Ketua Yayasan Konservasi Bumi Lestari Indonesia (YK-BLI) itu menilai, terkesan ada pembiaran terhadap kerusakan hutan sebagai habitat bagi harimau sumatra di daerah tersebut oleh Balai Taman Nasional Batang Gadis (BTNBG).
Kerusakan hutan serta lambannya penanganan konflik harimau dengan masyarakat Kecamatan Batang Natal adalah faktor penyebab terbunuhnya satwa langka tersebut, keluhnya.
Sebelum mengakhiri keterangannya, pria yang dikenal dengan penemuan Hadabuan Hill di Labura itu berharap Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar dapat lebih tegas memberikan instruksi kepada jajaran agar spesies kucing besar terahir kebanggaan Republik Indonesia yaitu harimau sumatra, tidak segera menuju kepunahannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018