Medan, (Antaranews Sumut) - Eksportir kopi di Sumatera Utara mengalami kesulitan dan merugi akibat harga beli biji kopi di pasar lokal jauh lebih tinggi dari harga kontrak ekspor yang sekitar 5 dolar AS per kg.

"Harga biji kopi arabika di lokal berkisar Rp75.000 per kg sementara harga ekspor sesuai kontrak dagang sebelumnya di bawahnya atau hanya sekitar 5 dolar AS per kg," ujar Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumut, Saidul Alam di Medan, Selasa.

Baca juga: Sigararutang Andalan Petani Kopi Humbahas

Selain mahal, biji kopi itu juga sulit diperoleh karena memang belum masuk masa panen.

Menurut dia, meski merugi, eksportir terpaksa juga membeli dan mengekspor karena menjaga hubungan baik dan menghindari protes dari mitra dagang atau pembeli yang sebelumna sudah melakukan kontrak.

"Tidak bisa diprediksi sampai kapan terjadi ketidakseimbangan harga beli dan jual karena produksi kopipun susah diprediksi," katanya.

Untuk menekan kerugian, kata dia, eksportir tidak melakukan transaksi dan kontrak dagang baru, selain untuk memenuhi ekspor.

Meski harga kopi di pasar lokal mahal, ujar Saidul, petani tidak menikmati harga jual yang tinggi itu. Alasan dia, dewasa ini, panen kopi belum terjadi.

"Yang untung besar yah pedagang pengumpul," katanya.

Dia menjelaskan, ekspor kopi Sumut terbesar masih ke Amerika Serikat, Jepang. Jerman, Kanada dan Malaysia.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018