Padangsidimpuan, 2/10 (Antarasumut)- Sati Nasution atau yang lebih dikenal dengan Willem Iskandar yang merupakan pelopor pendidikan Nusantara yang berasal dari Tabagsel, Sumatera Utara, yang lahir pada tahun 1840 sudah selayaknya mendapatkan anugrah Pahlawan Nasional dari Republik Indonesia dalam bidang Pendidikan.

Hal itu diungkapkan, H Khoiruddin Nasution, yang merupakan tokoh pemuda Tabagsel serta Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sumatera Utara, mengatakan, Senin, (2/10), layak dan sudah selayaknya Willem Iskandar atau Sati Nasution mendapatkan anugrah sebagai Pahlawan Nasional dari Negara, hal itu sangat disayangkan, ungkapnya.

Khoiruddin yang bersemangat mencerikan hal tersebut, menambahkan, ingat pada tahun 1862 Willem perna mendirikan Sekolah Guru (Kweekschool) di Tano Bato dan itu ada di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara, jauh sebelum Ki Hajar Dewantara, yang pada masa itu secara swadaya dengan gedung sekolah yang sangat sederhana, Tano Bato masa itu dulu adalah merupakan Gudang Kopi Pemerintah Hindia Belanda. Willem melakukan terobosan gerakan pencerahan (Aufklarung) melalui pendidikan di Mandailing-Angkola, khususnya di Mandailing Orientasi, Cakrawala, Penalaran, Idealisme, dan Semangat pembaharuan di Mandailing.

Willem Iskander, yang lahir di Pidoli Lombang pada bulan Maret 1840, saya ingat pada masa beliau pendidikan modern sudah ada dan sudah diterapkan, tapi pastinya harus ada pencari fakta sejarah tentang hal itu, jika perlu Dinas Pendidikan (Disdik), Pemkot Padangsidimpuan juga harus terlibat dan Menteri Pendidikan RI.

Khoiruddin Nasution, Ketua Demokrat Kota Padangsidimpuan, mengutarakan ucapnya dalam karangan buka yang dibacanya dengan pengarang Basyral Hamidy Harahap, dalam cerita buku karangan tersebut, Willem Iskander perna tersadarkan, bahwa kemampuan berbahasa Melayu dan bahasa Belanda, adalah kunci gerbang ilmu pengetahuan ketika itu. Bahasa Mandailing diajarkan sesuai kaidah-kaidah bahasa. Sedangkan bahasa Belanda diajarkannya empat kali seminggu. Kemampuan berbahasa itulah yang mengantarkan para muridnya menjadi pengarang, penerjemah dan penyadur. Willem Iskander pun bekerja keras meningkatkan wibawa sekolah sebagai pusat kemajuan.

Perna kalah itu terjadi pertemuan Willem Iskander selama tiga hari dengan Inspektur Pendidikan Bumiputera, Mr. J.A. van der Chijs di Tanobato telah membuahkan banyak hasil. Gagasan Willem Iskander agar pemerintah memberikan beasiswa kepada guru-guru muda untuk belajar di Negeri Belanda, menjadi pemikiran pemerintah pusat.

Kemudian ada gagasan pembaharuan pendidikan guru bumiputera yang disampaikan oleh Willem Iskander kepada Van der Chijs di Tanobato, 1866, dan pembahasan suratnya di Tweede Kamer, November 1869, telah membuahkan hasil.

Van der Chjis membuat rencana jangka panjang dan jangka pendek peningkatan mutu pendidikan guru bumiputera. Satu yang penting, adalah pemberitahuannya kepada Willem Iskander, 1869, bahwa ia ditugaskan membawa dan membimbing delapan guru muda untuk meneruskan pendidikan di Negeri Belanda. Delapan guru muda itu masing-masing dua orang dari Manado, Mandailing, Sunda dan Jawa.

Sementara itu, pada tahun 1871, Van der Chijs mendekritkan pembaruan sekolah guru bumiputera. Ia membuat sejumlah syarat yang harus dipenuhi setiap sekolah guru bumiputera. Dekrit itu berkaitan dengan gagasan-gagasan Willem Iskander. Tiga syarat penting seperti, Pertama, Sekolah guru harus menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Kedua, Guru sekolah guru harus mampu menulis buku pelajaran. Ketiga, Bahasa daerah harus dikembangkan sesuai kaidah-kaidah bahasa, walaupun Willem Iskandar lebih dekat dengan belanda ia tidak perla lupa dalam penerapatan pendidikan kedaerahaan, pungkas khoir.

Jadi jelas sudah saatnya pemerintah melakukan penyelusuran sejarah terkait Willem Iskandar atau Sati Nasution, yang merupakan putra asli Tabagsel (Tapanuli Bagian Selatan) tepatnya Mandailing Natal, untuk diberikan anugrah sebagai Pahlawan Nasional dari Negara, mengingat pada masa itu beliau sudah menanamkan dan pengembangan mutu pendidikan masa itu, yang menjadi refrensi pendidikan kita saat ini, ucap H Khoiruddin Nasution, SE, MSP yang tidak lama lagi menyelesaikan pendidikannya untuk S3 nya dengan gelar Doktor.

Pewarta: Khairul Arief

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017