Padangsidimpuan, 20/4 (Antarasumut)- Sungai Batang Ayumi merupakan julukan nama sungai terbesar yang terbentang membelah Kota Padangsidimpuan hinggga ke Tapanuli Selatan. 

Lebar sungai ini mencapai 40 meter dan panjangnya mencapai 25 kilometer mengitari wilayah Kota Padangsidimpuan sebelum bergabung pada Sungai Batang Angkola memasuki kawasan Tapsel.

Sungai ini dulunya merupakan bagian yang tidak terlupakan. Sungai yang banyak memiliki lubuk (kolam.. red) ini, menjadi tempat berenang sambil melompat dari sisi tebing sungai, perlu sekiranya pemerintah menata kembali sungai yang ada disepanjang aliran batang ayumi Kota Padangsidimpuan.

Armen Dame Harahap (56) salah satu yang warga yang lahir dan dibesarkan di Kota Padangsidimpuan menceritakan bahwa Sungai Batang Ayumi ini dulunya idola anak-anak seusianya di masa duduk di bangku Sekolah Dasar.

Sebut saja di tahun 1960-an, sejumlah lubuk yang masih diingatnya sering dikunjungi dan mandi bersama kawan-kawan sebayanya lubuk Kalumpang dan Lubuk Sigala-gala salah satunya.

"Pada tahun 1960-an lubuk Gala-gala di Kampung Melayu, Lubuk Kalumpang di Sitamiang menjadi langganan mandi sepulang sekolah, maklum rumah kami dulu di Sitamiang dan saya sekolah di SD 7 Kampung Marancar, ucapnya kepada ANTARA, Kamis.

Ia menambahkan, sejumlah lubuk yang sering dijadikan sebagai tempat permandian di zaman tahun 60-an yaitu Lubuk Aek Nabagas di Tanggal, Lubuk Gala-gala di Kampung Melayu, Lubuk Kalumpang di Sitamiang, Lubuk Sipan di Kampung Marancar.

Kemudian Lubuk Samarga di Batangayumi, Lubuk Aek Simate-Mate di Jalan Padati ( di bawah), Aek Longgis di Rambin alias jembatan Rambin, dan Lubuk kamarbola di belakang BRI saat ini.

Di samping tempat mandi bagi warga sekitar, Sungai Batang Ayumi juga terlahir menjadi wilayah yang sumber daya Alamnya luar biasa. Sungai ini menjadi harta bagi warga masyarakat yang memamfaatkan batu dan pasir yang ada di sungai sebagai mata pencaharian.

Batu dan pasirnya diambil untuk diperjualbelikan menjadi bahan bangunan. Ikan yang berkembang biak di sungai ini dijala dan dipancing. Anugerah ini memberikan kehidupan bagi sebagaian besar warga masyarakat Kota Padangsidimpuan yang mengandalkan sungai sebagai mata pencaharian.

Seiring dengan bergulirnya waktu Kota Padangsidimpuan yang dulunya masih menyisakan lahan-lahan kosong. Pohon-pohon besar khususnya pohon "ayuara" yang tumbuh subur di pinggir-pinggir Sungai Batang Ayumi.

Menurut Armen Dame Harahap keasrian itu hanya dapat dinikmati hingga tahun 1980 an. Perlahan-lahan pohon-pohon "ayuara" itu saat ini tidak ada lagi. Di sepanjang bantaran sungai juga sudah banyak rumah-rumah bahkan gedung-gedung berdiri. Sungai mulai menyempit dan airnya mulai mendangkal.

Artinya di Tahun 1980 perubahan terus terjadi Sungai yang dulunya masih jernih dan dalam lambat laun mengalami pendangkalan, kejernihannya mulai memudar akibat sampah-sampah yang dibuang sembarangan ke dalam sungai.

Limbah-limbah industri ikut menambah beban sungai sehingga lama-lama sungai ini tercemari. Saat ini sudah banyak yang tak mau lagi mandi di Sungai, karena takut gatal-gatal. Pada dasarnya, debit air Sungai Batang Ayumi sebagian besar berasal dari lereng Gunung Lubuk Raya di sebelah barat dan lereng Gunung Sibual Buali di sebelah utara Kota Padang Sidempuan.

Penggundulan hutan dan kurangnya rehabilitasi lahan tandus dan pertanian selama ini secara perlahan-lahan telah mengurangi sumber air bagi sejumlah anak sungai dari Sungai Batang Ayumi yang pada gilirannya menyebabkan debit air Sungai Batang Ayumi hingga menuju titik terendah pada masa kini.

Hal lain dari muara permasalahan Sungai Batang Ayumi adalah bersumber dari buangan rumah tangga dan limbah industri baik yang berbentuk padat dan cair. Persoalan buang/limbah ini sangat serius, karena melibatkan sebagian besar warga kota.

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi kota yang ditunjukkan dengan pertambahan jumlah industri juga memberi pengaruh penting bagi keberadaan Sungai Batang Ayumi. Industri kecil dan rumah tangga dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir ini di satu sisi telah mewarnai ekonomi kota, tetapi juga di sisi lain industri ini telah turut mengotori lingkungan kota dan Sungai Batang Ayumi.

Daya dukung lingkungan perlu kembali dipertimbangkan untuk menjaga Sungai Batang Ayumi ini tetap bertahan dan terhindar dari pencemaran.

Partisipasi aktif masyarakat dan pemerintah sangat diharapkan dalam menjaga kelestarian lingkungan khususnya kelestarian Sungai Batang Ayumi dan anak-anak sungainya.

Pewarta: Khairul Arief

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017