Medan, 7/2 (Antara) - PT Mujur Timber mendapat lisensi "Forest Law Enforcement, Governance and Trade" sehingga semakin memperkuat ekspor kayu asal Sumatera dan Indonesia secara keseluruhan ke Uni Eropa.
"Peraihan FLEGT Mujur Timber pada November 2016 merupakan yang pertama diraih perusahaan kayu di Sumatera dimana lisensi masuk kayu ilegal itu juga yang pertama diraih Indonesia di dunia setelah 15 tahun berusaha," kata General Manager PT Mujur Timber, H Lahmuddin di Medan, Selasa.
Piagam Penegakan Hukum, Tata Kelola dan Perdagangan Bidang Kehutanan atau Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT) semakin memperkuat ekspor kayu asal Sumatera dan Indonesia yang diserahkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar diterima Direktur Mujur Timber Yansen Ali di Jakarta, November lalu.
"Dengan FLEGT, ekspor kayu lapis dan produk turunan Mujur Timber ke Eropa semakin lancar dan harga jualnya bertambah mahal. Manajemen senang bisa mengantongi FLEGT itu dan sertifikasi lainnya," kata Lahmuddin yang didampingi Dirur PT Gunung Raya Timber Indonesia (GRUTI) Washington Pane.
Selain FLEGT, Mujur Timber juga sudah mengantongi Sertifikat ISO Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, ISO 14001 (Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan, Sertifikasi CE Marketing dari Uni Eropa, Sertifikat Q Mark (Marine Plywood ) dari Inggris, dan Sertikat SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu).
Dewasa ini, produk plywood Mujur Timber, 90 persen diekspor dan Block Board/Bare Core juga 95 persennya diekspor.
Negara tujuan ekspor Mujur Timber sudah ke 17 negara, mulai Inggris, Belanda,, Belgia, Singapura, Afrika Selatan, Republik Rakyat Tiongkok, Brunei, hingga Irlandia.
"Ekspor perdana dengan FLEGT itu sudah dilakukan Mujur Timber 15 November 2016," katanya.
Dirut PT GRUTI Washington Pane menegaskan, peraihan lisensi FLEGT menunjukkan bahwa semua produk Mujur Timber berasal dari kayu dan tindakan yang legal.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution dalam Perayaan Nasional Peluncuran FLEGT Indonesia di Jakarta, tahun lalu, menyatakan, lisensi tersebut untuk tujuan ekspor ke 28 negara di Uni Eropa yang terdiri atas produk panel, furnitur, woodworking, kerajinan, chips, kertas, dan perkakas.
Menurut dia, Sertifikat FLEGT Indonesia setingkat sertifikat Uni Eropa itu diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan daya kompetitif produk Indonesia untuk menembus pasar baru.
Menurut dia, saat ini kontribusi sektor kehutanan terhadap produk domestik bruto sebanyak satu persen dan terhadap perpajakan nasional mencapai 1,3 persen, dengan perolehan devisa dari ekspor sebanyak 5,4 miliar dolar AS hingga Agustus 2016.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyatakan, penerapan prinsip legalitas dan kelestarian dalam SVLK merupakan upaya memerangi pembalakan liar di Indonesia.
Indonesia membuktikan komitmen pada pasar Uni Eropa dan pasar global lain untuk menerapkan skema perdagangan kayu berkelanjutan yang sekaligus menjamin kelestarian hutan Indonesia.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup, nilai ekspor produk kayu Indonesia terus meningkat sejak diberlakukannya SVLK pada 2013, yakni dari 10,4 miliar dolar AS menjadi 10,6 miliar dolar AS pada 2015.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017
"Peraihan FLEGT Mujur Timber pada November 2016 merupakan yang pertama diraih perusahaan kayu di Sumatera dimana lisensi masuk kayu ilegal itu juga yang pertama diraih Indonesia di dunia setelah 15 tahun berusaha," kata General Manager PT Mujur Timber, H Lahmuddin di Medan, Selasa.
Piagam Penegakan Hukum, Tata Kelola dan Perdagangan Bidang Kehutanan atau Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT) semakin memperkuat ekspor kayu asal Sumatera dan Indonesia yang diserahkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar diterima Direktur Mujur Timber Yansen Ali di Jakarta, November lalu.
"Dengan FLEGT, ekspor kayu lapis dan produk turunan Mujur Timber ke Eropa semakin lancar dan harga jualnya bertambah mahal. Manajemen senang bisa mengantongi FLEGT itu dan sertifikasi lainnya," kata Lahmuddin yang didampingi Dirur PT Gunung Raya Timber Indonesia (GRUTI) Washington Pane.
Selain FLEGT, Mujur Timber juga sudah mengantongi Sertifikat ISO Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, ISO 14001 (Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan, Sertifikasi CE Marketing dari Uni Eropa, Sertifikat Q Mark (Marine Plywood ) dari Inggris, dan Sertikat SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu).
Dewasa ini, produk plywood Mujur Timber, 90 persen diekspor dan Block Board/Bare Core juga 95 persennya diekspor.
Negara tujuan ekspor Mujur Timber sudah ke 17 negara, mulai Inggris, Belanda,, Belgia, Singapura, Afrika Selatan, Republik Rakyat Tiongkok, Brunei, hingga Irlandia.
"Ekspor perdana dengan FLEGT itu sudah dilakukan Mujur Timber 15 November 2016," katanya.
Dirut PT GRUTI Washington Pane menegaskan, peraihan lisensi FLEGT menunjukkan bahwa semua produk Mujur Timber berasal dari kayu dan tindakan yang legal.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution dalam Perayaan Nasional Peluncuran FLEGT Indonesia di Jakarta, tahun lalu, menyatakan, lisensi tersebut untuk tujuan ekspor ke 28 negara di Uni Eropa yang terdiri atas produk panel, furnitur, woodworking, kerajinan, chips, kertas, dan perkakas.
Menurut dia, Sertifikat FLEGT Indonesia setingkat sertifikat Uni Eropa itu diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan daya kompetitif produk Indonesia untuk menembus pasar baru.
Menurut dia, saat ini kontribusi sektor kehutanan terhadap produk domestik bruto sebanyak satu persen dan terhadap perpajakan nasional mencapai 1,3 persen, dengan perolehan devisa dari ekspor sebanyak 5,4 miliar dolar AS hingga Agustus 2016.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyatakan, penerapan prinsip legalitas dan kelestarian dalam SVLK merupakan upaya memerangi pembalakan liar di Indonesia.
Indonesia membuktikan komitmen pada pasar Uni Eropa dan pasar global lain untuk menerapkan skema perdagangan kayu berkelanjutan yang sekaligus menjamin kelestarian hutan Indonesia.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup, nilai ekspor produk kayu Indonesia terus meningkat sejak diberlakukannya SVLK pada 2013, yakni dari 10,4 miliar dolar AS menjadi 10,6 miliar dolar AS pada 2015.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017