Simalungun, Sumut, 23/10 (Antarasumut) - Produksi ikan Mas dan Nila dari 258 kepala keluarga petambak kolam di Dusun III Nagori Syahkuda Bayu, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara mengalami penurunan drastis.
"Sudah berlangsung setahun ini, biasanya 10 ton per hari, sekarang satu ton saja," kata seorang petambak kolam Asben Munthe (46) di Simalungun, Minggu.
Asben mengatakan, pabrik kelapa sawit yang dikelola sebuah perusahaan swasta dan beroperasi kira-kira 700 meter dari lokasi kolam warga membuang limbahnya ke Sungai Bah Bolon.
Menurut Asben, sungai itu merupakan penyuplai air untuk para kolam warga yang menjadi mata pencarian dalam kurun waktu puluhan tahun.
"Setiap hari ratusan kilogram ikan yang mati, dan terparah waktu buang limbah mencapai hitungan ton," sebut Asben.
Dampak pembuangan limbah yang terus berkelanjutan meski sudah dilaporkan warga ke pihak Pemkab Simalungun dan kepolisian, sebagian besar warga menutup kolamnya.
Diperkirakan yang masih bertahan sekitar 90 kepala keluarga, karena luas kolam yang relatif kecil tidak memungkinkan mengalihkan kolam menjadi tanaman.
"Kami mencoba bertahan sampai tuntutan untuk menutup pabrik itu dilakukan Pemerintah," kata Asben.
Pangulu atau Kepala Desa Syahkuda Bayu Suyetno mengatakan, pemerintahan desa sudah menyampaikan dan melakukan pertemuan dengan manajemen pabrik, tetapi tidak ada perubahan.
Warga tidak percaya lagi dengan janji-janji pihak pabrik, dan menuntut supaya operasional pabrik dihentikan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Sudah berlangsung setahun ini, biasanya 10 ton per hari, sekarang satu ton saja," kata seorang petambak kolam Asben Munthe (46) di Simalungun, Minggu.
Asben mengatakan, pabrik kelapa sawit yang dikelola sebuah perusahaan swasta dan beroperasi kira-kira 700 meter dari lokasi kolam warga membuang limbahnya ke Sungai Bah Bolon.
Menurut Asben, sungai itu merupakan penyuplai air untuk para kolam warga yang menjadi mata pencarian dalam kurun waktu puluhan tahun.
"Setiap hari ratusan kilogram ikan yang mati, dan terparah waktu buang limbah mencapai hitungan ton," sebut Asben.
Dampak pembuangan limbah yang terus berkelanjutan meski sudah dilaporkan warga ke pihak Pemkab Simalungun dan kepolisian, sebagian besar warga menutup kolamnya.
Diperkirakan yang masih bertahan sekitar 90 kepala keluarga, karena luas kolam yang relatif kecil tidak memungkinkan mengalihkan kolam menjadi tanaman.
"Kami mencoba bertahan sampai tuntutan untuk menutup pabrik itu dilakukan Pemerintah," kata Asben.
Pangulu atau Kepala Desa Syahkuda Bayu Suyetno mengatakan, pemerintahan desa sudah menyampaikan dan melakukan pertemuan dengan manajemen pabrik, tetapi tidak ada perubahan.
Warga tidak percaya lagi dengan janji-janji pihak pabrik, dan menuntut supaya operasional pabrik dihentikan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016