Medan, 23/8 (Antara) - Volume ekspor karet Sumatera Utara hingga Juli 2016 turun sebanyak 14.124 ton atau menjadi 239.667 ton dari periode sama di 2015 yang sudah sebesar 253.791 ton.
"Penurunan ekspor terjadi hampir di semua bulan, kecuali di Februari dan Mei yang mengalami kenaikan. Penurunan ekspor itu masih dampak krisis global," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Selasa.
Pada Februari 2016, ekspor karet Sumut naik menjadi 38.138 ton dari 36.441 ton di bulan sama 2015 dan di Mei tahun ini juga meningkat menjadi 34.503 ton dari 31.286 ton pada Mei 2016.
Menurut dia, penurunan volume ekspor menambah merosotnya penerimaan devisa karena di saat yang bersamaan harga jual juga masih melemah.
Meskipun, kata dia, sebaliknya ada peningkatan penjualan di dalam negeri sebesar 2.554 ton atau 11.040 ton hingga Juli 2016 dari 8.486 ton di posisi Juli 2015.
"Penurunan ekspor karet anggota Gapkindo Sumut itu diakui dampak permintaan yang masih melemah dan ada program pengurangan ekspor negara produsen utama karet dunia," kata Edy.
Edy memperkirakan masih akan terjadi penurunan ekspor sepanjang semester II seperti yang terjadi pada semester I.
Volume ekspor karet Sumut pada semester I 2016 turun lima persen menjadi 208.021 ton dari 218.902 ton pada periode yang sama 2015.
Mengenai apakah sudah ada keputusan dari negara produsen utama karet dunia yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council atau ITRC untuk melanjutkan atau menghentikan program pengurangan ekspor yang diberlakukan sejak 1 Maret hingga 31 Agustus 2016, Edy mengaku belum mendapat informasi.
"Eksportir memang sedang menunggu keputusan itu, mengingat program tersebut nyatanya juga belum bisa mengangkat harga jual karet di pasar dunia secara signifikan seperti yang diharapkan.harga karet masih," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Penurunan ekspor terjadi hampir di semua bulan, kecuali di Februari dan Mei yang mengalami kenaikan. Penurunan ekspor itu masih dampak krisis global," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Selasa.
Pada Februari 2016, ekspor karet Sumut naik menjadi 38.138 ton dari 36.441 ton di bulan sama 2015 dan di Mei tahun ini juga meningkat menjadi 34.503 ton dari 31.286 ton pada Mei 2016.
Menurut dia, penurunan volume ekspor menambah merosotnya penerimaan devisa karena di saat yang bersamaan harga jual juga masih melemah.
Meskipun, kata dia, sebaliknya ada peningkatan penjualan di dalam negeri sebesar 2.554 ton atau 11.040 ton hingga Juli 2016 dari 8.486 ton di posisi Juli 2015.
"Penurunan ekspor karet anggota Gapkindo Sumut itu diakui dampak permintaan yang masih melemah dan ada program pengurangan ekspor negara produsen utama karet dunia," kata Edy.
Edy memperkirakan masih akan terjadi penurunan ekspor sepanjang semester II seperti yang terjadi pada semester I.
Volume ekspor karet Sumut pada semester I 2016 turun lima persen menjadi 208.021 ton dari 218.902 ton pada periode yang sama 2015.
Mengenai apakah sudah ada keputusan dari negara produsen utama karet dunia yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council atau ITRC untuk melanjutkan atau menghentikan program pengurangan ekspor yang diberlakukan sejak 1 Maret hingga 31 Agustus 2016, Edy mengaku belum mendapat informasi.
"Eksportir memang sedang menunggu keputusan itu, mengingat program tersebut nyatanya juga belum bisa mengangkat harga jual karet di pasar dunia secara signifikan seperti yang diharapkan.harga karet masih," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016