Medan, 22/6 (Antara) - Pemegang Saham Pengendali PT.Perkebunan Sumatera Utara, H T Erry Nuradi menegaskan pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap direksi dan komisaris karena kinerja perusahaaan badan usaha milik daerah itu terus menurun.

"Selama tiga tahun terakhir, kinerja PT Perkebunan Sumatera Utara (PT PSU) terus mengalami penurunan karena itu kami akan mengevaluasi kinerja semua direksi dan komisaris," katanya di Medan, Rabu.

Dia mengatakan hal itu usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT PSU tahun buku 2015.

Dalam laporan kinerja diungkapkan, produksi crude palm oil (CPO) yang menjadi produk utama PT PSU misalnya, jumlahnya terus menurun dari 56.782,5 ton  pada tahun 2013 menjadi 53.806,3 ton tahun 2014 dan turun lagi tinggal 50.644,7 ton pada 2015.

 Pendapatan dari penjualan juga mengalami penurunan, yakni pada 2015 tinggal Rp396,98 miliar dari 2014 yang sebesar Rp505,33 miliar.

Sedangkan perolehan laba bersih juga turun sebesar 22 persen dari tahun 2014 atau menjadi Rp16,96 milar.

Adapun aset PT PSU tercatat Rp555,70 miliar pada tahun 2015 dimana itu juga menurun 1,41 persen dari tahun 2014 senilai Rp563,67 miliar.

"Saya berharap dalam situasi sulit, direksi dan karyawan harus benar-benar bekerja dengan seluruh kemampuan. Direksi kalau perlu kerja sampai malam," ujar H T Erry Nuradi yang juga Gubernur Sumut itu.

Direksi harus sering turun ke lapangan untuk melihat langsung kendala dan mencari solusi.

"Walaupun ada kendala, harus tetap ada usaha. Kalau turun terus seperti ini, saya akan lakukan evaluasi kepada direksi dan komisaris. Komisaris harus benar-benar melakukan pengawasan," ujarnya.

Dia menegaskan, belum melihat kinerja maksimal direksi PT PSU dalam memajukan perusahaan.

"Sekarang zaman berbeda dengan dulu dimana sekarang semua dituntut kerja.Kita kerja saja, belum tentu orang puas, jadi harus ada terobosan dan upaya agar ke depan bisa lebih baik," katanya.

Gubernur menyebutkan, penambahan penyertaan modal Pemprov Sumut tidak akan ada gunanya, kalau kinerja PT PSU tidak ada peningkatan.

"Saya tidak setujui penambahan modal, kalau tidak ada hasil maksimal,"katanya.

Direktur Utama PT PSU, Darwin Nasution menjelaskan, laporan keuangan PT PSU tahun 2015 mendapatkan penilaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Sedangkan kinerja perseroran berdasarkan Keputusan Mendagri masih dalam kategori sehat dengan skor 69,50, meski diakui turun dari skor tahun 2014 yang senilai 75,36.

Dia menjelaskan, manajemen mengalami kendala di tahun 2015 yaitu harga rata-rata CPO dan kernel yang masih berada di bawah anggaran dan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

Sebaliknya, kata dia, terjadi kenaikan upah tenaga kerja di tahun 2015 yang cukup tinggi dan harga sarana produksi yang juga meningkat.

Kemudian, masalah lainnya adanya faktor iklim dimana curah hujan tahunan yang rendah pada tahun 2013-2015 yang menyebabkan terjadinya kekeringan serta defisit air sehingga berakibat pada penurunan produksi.

Komisaris Utama PT PSU, Herawati mengakui, kesulitan PT PSU adalah ketergantungan perusahaan itu pada pasokan tandan buah segar (TBS) dari luar dalam memenuhi kapasitas pabriknya.

PT PSU memiliki dua pabrik pengolahan CPO di Batubara (Pabrik Tanjung Kasau) dengan kapasitas 20 TBS per jam dan di Simpang Gambir dengan kapasitas 30 TBS.

Pabrik Tanjung Kasau membutuhkan pasokan dari luar sebanyak 40 persen dari kebutuhan dan pabrik satu laginya menggantungkan 60 persen TBS dari luar kebun..

"Jadi selain harus memikirkan penambahan produksi TBS hasil kebun, juga direksi harus membuat terobosan untuk tidak terjadi hambatan dalam mendapatkan pasokan TBS dari luar kebun," katanya.  

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016