Medan, 15/5 (Antara) - Volume ekspor karet Sumatera Utara masih terus turun hingga 8,23 persen sampai dengan April 2016 atau tinggal 137.826 ton.
"Penurunan ekspor dipicu permintaan yang masih melemah dan adanya kesepakatan penahanan atau pengurangan ekspor Indonesia, Malaysia dan Thailand," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Minggu.
Pada periode sama yakni Januari-April tahun 2015, volume ekspor karet Sumut masih bisa sebanyak 150.194 ton.
Menurut dia, ada kemungkinan volume ekspor karet itu akan turun lagi. Selain karena program pengurangan ekspor masih terus berlanjut, juga permintaan diprediksi masih melemah.
Berkurangnya ekspor ditambah harga jual yang sedang dan bahkan tren semakin melemah lagi, membuat pengusaha dan petani masih tetap susah.
Harga ekspor pada 13 Mei untuk pengapalan Juli, misalnya, tinggal 1.400 dolar AS per kg dari untuk Juni yang masih 1.417 dolar AS per kg.
Bahkan untuk Agustus dan September harga turun lagi atau 1.385 dolar AS dan 1.374 dolar AS per kg.
Melemahnya harga di luar negeri, membuat harga karet (latex) di pabrikan Sumut juga ikut tertekan atau di kisaran Rp13.477 hingga Rp14.201 per kg.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan, penurunan harga komoditas tidak terlepas dari masih terjadinya krisis global.
Perekonomian global masih membaik sedikit sehingga belum berdampak signifikan pada permintaan dan harga jual berbagai komoditas.
"Kondisi ekonomi global dewasa ini dipastikan akan berpengaruh pada devisa Sumut karena ekspor Sumut terbesar berupa hasil perkebunan seperti karet dan sawit," ujar dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Penurunan ekspor dipicu permintaan yang masih melemah dan adanya kesepakatan penahanan atau pengurangan ekspor Indonesia, Malaysia dan Thailand," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Minggu.
Pada periode sama yakni Januari-April tahun 2015, volume ekspor karet Sumut masih bisa sebanyak 150.194 ton.
Menurut dia, ada kemungkinan volume ekspor karet itu akan turun lagi. Selain karena program pengurangan ekspor masih terus berlanjut, juga permintaan diprediksi masih melemah.
Berkurangnya ekspor ditambah harga jual yang sedang dan bahkan tren semakin melemah lagi, membuat pengusaha dan petani masih tetap susah.
Harga ekspor pada 13 Mei untuk pengapalan Juli, misalnya, tinggal 1.400 dolar AS per kg dari untuk Juni yang masih 1.417 dolar AS per kg.
Bahkan untuk Agustus dan September harga turun lagi atau 1.385 dolar AS dan 1.374 dolar AS per kg.
Melemahnya harga di luar negeri, membuat harga karet (latex) di pabrikan Sumut juga ikut tertekan atau di kisaran Rp13.477 hingga Rp14.201 per kg.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan, penurunan harga komoditas tidak terlepas dari masih terjadinya krisis global.
Perekonomian global masih membaik sedikit sehingga belum berdampak signifikan pada permintaan dan harga jual berbagai komoditas.
"Kondisi ekonomi global dewasa ini dipastikan akan berpengaruh pada devisa Sumut karena ekspor Sumut terbesar berupa hasil perkebunan seperti karet dan sawit," ujar dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016