Medan, 22/3 (Antara) - Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Sumatera Utara akan segera membuka 60 Toko Tani Indonesia (TTI) yang dimaksudkan pemerintah untuk memotong mata rantai pasokan hasil pertanian dari petani ke konsumen.
"Dari 60 TTI di Sumut itu, sebagian besar berada di Medan. Selain menjadi daerah yang dijadikan indeks harga konsumen oleh Badan Pusat Statistik, ibu kota Provinsi Sumut itu juga cenderung menjadi penyumbang terbesar inflasi di provinsi," ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Sumut, Suyono di Medan, Selasa.
Di Medan, akan ada 42 TTI, sementara sisanya direncanakan di daerah yang berdekatan dengan Kota Medan seperti Deliserdang, Serdangbedagai dan Langkat.
Menurut rencana, untuk tiga kabupaten itu direncanakan masing-masing sebanyak enam toko.
"Sebenarnya ada 124 daerah yang diusulkan BKP untuk pembukaan TTI termasuk Pematangsiantar, Padangsidempuan, Tanjungbalai dan Sibolga yang juga kerap mengalami gejolak harga berbagai barang. Namun yang disetujui dan dianggal payak masih ke empat daerah itu," katanya
Suyono menjelaskan, untuk tahap awal, komoditas yang akan dijual TTI di Sumut masih berupa beras yang menjadi bahan pangan utama daerah itu dan kerap menjadi pemicu inflasi.
"Setelah nanti berjalan, bukan hanya beras yang akan dijual di TTI, tetapi juga barang lainnya khususnya yang sering menjadi pemicu inflasi," katanya yang didampingi Kabid Program BKP Sumut, Ratna.
Menurut dia, beberapa indikator keberhasilan TTI adalah terjadinya stabilitas pasokan dan harga pangan yang di perjualbelikan di jaringan TTI.
Kemudian posisi tawar petani meningkat, terjadi kemudahan akses masyarakat terhadap bahan pangan, serta konsumen memperoleh harga pangan yang wajar.
"Kalau semua indaktor itu tercapai, maka bukan hanya inflasi terjaga, tetapi perekonomian petani dan masyarakat juga terjaga. Petani bisa menjual harga yang menguntungkan dan sebaliknya kemampuan daya beli masyarakat meningkat,"katanya,
Seperti diketahui, kata Suyono, tujuan pemerintah membuka TTI itu adalah untuk menyerap produk pertanian, menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di tingkat petani serta memberikan stabilisasi harga dan kemudahan akses pangan di tingkat konsumen.
Deputi Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumut, Subintoro, mengatakan, TTI dan Operasi Pasar yang dilakukan Bulog menjadi salah satu langkah yang harus dilakukan untuk menjaga kestabilan harga di tingkat konsumen dan petani.
"Kalau OP merupakan kebutuhan jangka pendek, maka TTI adalah jangka panjang untuk menjaga kestabilan harga," kaanya.
Langkah OP dan TTI itu dinilai semakin penting setelah terjadi inflasi di Februari 2016 yang sebelumnya dalam 5 tahun terakhir selalu deflasi.
"Walau inflasi di Februari kecil, tetapi sudah harus diwaspadai dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah Sumut memang meminta agar semua tindakan pengamanan harga harus dilakukan," katanya.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman ketika di Medan, menyebutkan, pemerintah memang akan membangun TTI devgan jumlah yang banyak. meski di awalnya hanya sembilan provinsi yang ditunjuk sebagai percepatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM).
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Dari 60 TTI di Sumut itu, sebagian besar berada di Medan. Selain menjadi daerah yang dijadikan indeks harga konsumen oleh Badan Pusat Statistik, ibu kota Provinsi Sumut itu juga cenderung menjadi penyumbang terbesar inflasi di provinsi," ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Sumut, Suyono di Medan, Selasa.
Di Medan, akan ada 42 TTI, sementara sisanya direncanakan di daerah yang berdekatan dengan Kota Medan seperti Deliserdang, Serdangbedagai dan Langkat.
Menurut rencana, untuk tiga kabupaten itu direncanakan masing-masing sebanyak enam toko.
"Sebenarnya ada 124 daerah yang diusulkan BKP untuk pembukaan TTI termasuk Pematangsiantar, Padangsidempuan, Tanjungbalai dan Sibolga yang juga kerap mengalami gejolak harga berbagai barang. Namun yang disetujui dan dianggal payak masih ke empat daerah itu," katanya
Suyono menjelaskan, untuk tahap awal, komoditas yang akan dijual TTI di Sumut masih berupa beras yang menjadi bahan pangan utama daerah itu dan kerap menjadi pemicu inflasi.
"Setelah nanti berjalan, bukan hanya beras yang akan dijual di TTI, tetapi juga barang lainnya khususnya yang sering menjadi pemicu inflasi," katanya yang didampingi Kabid Program BKP Sumut, Ratna.
Menurut dia, beberapa indikator keberhasilan TTI adalah terjadinya stabilitas pasokan dan harga pangan yang di perjualbelikan di jaringan TTI.
Kemudian posisi tawar petani meningkat, terjadi kemudahan akses masyarakat terhadap bahan pangan, serta konsumen memperoleh harga pangan yang wajar.
"Kalau semua indaktor itu tercapai, maka bukan hanya inflasi terjaga, tetapi perekonomian petani dan masyarakat juga terjaga. Petani bisa menjual harga yang menguntungkan dan sebaliknya kemampuan daya beli masyarakat meningkat,"katanya,
Seperti diketahui, kata Suyono, tujuan pemerintah membuka TTI itu adalah untuk menyerap produk pertanian, menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di tingkat petani serta memberikan stabilisasi harga dan kemudahan akses pangan di tingkat konsumen.
Deputi Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumut, Subintoro, mengatakan, TTI dan Operasi Pasar yang dilakukan Bulog menjadi salah satu langkah yang harus dilakukan untuk menjaga kestabilan harga di tingkat konsumen dan petani.
"Kalau OP merupakan kebutuhan jangka pendek, maka TTI adalah jangka panjang untuk menjaga kestabilan harga," kaanya.
Langkah OP dan TTI itu dinilai semakin penting setelah terjadi inflasi di Februari 2016 yang sebelumnya dalam 5 tahun terakhir selalu deflasi.
"Walau inflasi di Februari kecil, tetapi sudah harus diwaspadai dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah Sumut memang meminta agar semua tindakan pengamanan harga harus dilakukan," katanya.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman ketika di Medan, menyebutkan, pemerintah memang akan membangun TTI devgan jumlah yang banyak. meski di awalnya hanya sembilan provinsi yang ditunjuk sebagai percepatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM).
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016