Medan, 1/3 (Antara) - Ekspor hasil pertanian dan industri  Sumatera Utara melemah sehingga berdampak pada penurunan devisa di daerah ini.

"Nilai ekspor Sumatera Utara pada Januari 2016 turun 8,58 persen dari periode yang sama 2015 menjadi 574,082 juta dolar AS karena krisis global masih terasa," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Wien Kusdiatmono di Medan, Selasa.


Nilai ekspor hasil pertanian turun 9,96 persen menjadi 123,561 juta dolar AS dari Januari 2015 yang sebesar 137,225 juta dolar AS.


Sementara hasil industri, turun 8,24 persen menjadi 450, 258 juta dolar AS dari periode sama 2015 yang mencapai 490, 658 juta dolar AS.


"Hanya pertambangan yang naik tajam 276,92 persen menjadi 98.000 dolar AS,"katanya.


Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut Laksamana Adiyaksa mengatakan ekspor Sumut turun karena daya beli pasar dunia juga masih lemah akibat krisis global masih dirasakan.


Nilai ekspor yang masih turun itu juga karena andalan Sumut masih tetap berupa hasil komoditas seperti kelapa sawit dan karet.


Devisa lemak, minyak hewan dan nabati Sumut turun 18,71 persen dari tahun 2015 atau menjadi 219, 762 juta dolar AS.


Sementara karet dan barang dari karet juga turun menjadi 78,038 juta dolar AS dari 93,375 juta dolar AS.


"Penurunan nilai ekspor awal tahun 2016 ini sudah diperkirakan sejak awal karena krisis global masih berlangsung.Bahkan ada prediksi devisa Sumuit tahun 2016 akan juga lebih rendah dari 2015 yang sebesar 7.752.786.000 dolar AS" katanya.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016