Medan, 7/2 (Antara) - Nilai ekspor Sumatera Utara ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) tahun 2015 turun 16,20 persen dari 2014 sebagai dampak terjadinya pelemahan ekonomi di negara itu.
"Pada 2015 nilai ekspor Sumut ke RRT tinggal 846,018 juta dolar AS dari tahun 2014 yang sudah senilai 1,009 miliar dolar AS," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Minggu.
Penurunan nilai ekspor itu dipicu turunnya ekspor golongan barang utama Sumut ke negara tersebut mulai lemak dan minyak hewan nabati hingga karet dan barang dari karet
Ekspor lemak dan minyak hewan nabati Sumut ke RRT turun 24,96 persen atau tinggal 369,430 juta dolar AS.
Sedangkan ekspor karet dan barang dari karet turun 25,41 persen menjadi 88, 758 juta dolar AS.
"Padahal ekspor kedua golongan barang Sumut itu sejak lama menjadi unggulan ekspor ke RRT," katanya.
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMI) Derom Bangun menyebutkan perdagangan produk sawit yang masuk dalam golongan lemak dan minyak hewan nabati Indonesia memang terbesar ke RRT, India dan Uni Eropa.
"Perlambatan perekonomian di RRT jelas berdampak pada impor produk itu dari negara tersebut," katanya.
Impor RRT yang menurun itu bukan hanya ke Indonesia, tetapi ke negara lain.
"Indonesia tentunya berharap, ekonomi RRT pulih agar impor minyak sawit dan turunannya dari Indonesia kembali normal," katanya.
Penurunan permintaan dan termasuk harga jual, membuat devisa lemak dan minyak hewan atau nabati Indonesia tahun 2016 mengalami penurunan.***3***
(T.E016/B/M019/S027) 07-02-2016 20:36:04
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Pada 2015 nilai ekspor Sumut ke RRT tinggal 846,018 juta dolar AS dari tahun 2014 yang sudah senilai 1,009 miliar dolar AS," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Minggu.
Penurunan nilai ekspor itu dipicu turunnya ekspor golongan barang utama Sumut ke negara tersebut mulai lemak dan minyak hewan nabati hingga karet dan barang dari karet
Ekspor lemak dan minyak hewan nabati Sumut ke RRT turun 24,96 persen atau tinggal 369,430 juta dolar AS.
Sedangkan ekspor karet dan barang dari karet turun 25,41 persen menjadi 88, 758 juta dolar AS.
"Padahal ekspor kedua golongan barang Sumut itu sejak lama menjadi unggulan ekspor ke RRT," katanya.
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMI) Derom Bangun menyebutkan perdagangan produk sawit yang masuk dalam golongan lemak dan minyak hewan nabati Indonesia memang terbesar ke RRT, India dan Uni Eropa.
"Perlambatan perekonomian di RRT jelas berdampak pada impor produk itu dari negara tersebut," katanya.
Impor RRT yang menurun itu bukan hanya ke Indonesia, tetapi ke negara lain.
"Indonesia tentunya berharap, ekonomi RRT pulih agar impor minyak sawit dan turunannya dari Indonesia kembali normal," katanya.
Penurunan permintaan dan termasuk harga jual, membuat devisa lemak dan minyak hewan atau nabati Indonesia tahun 2016 mengalami penurunan.***3***
(T.E016/B/M019/S027) 07-02-2016 20:36:04
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016