Padangsidimpuan 21/1 (Antarasumut)- Ternyata kota Padangsidimpuan memiliki ampir kurang lebih 5000 becak jenis vespa yang di dijadikan angkutan transportasi jenis becak.

Beca merupakan alat transfortasi roda tiga yang digandeng dengan kenderaan roda dua umumnya Vespa dan kini kebaradaannya tidak indah lagi sebagai ikon dan kebaggaan di Kota Padangsidimpuan.

Warga masyarakat satu sisi bangga dengan beca vespa yang ada di kota Padangsidimpuan ini karena sangat membantu sebagai transportasi yang dapat masuk gang yang tidak bisa dilalui kenderaan angkutan umum. Namun sisi lain becak perlu ditata sehingga keberadaannya tidak “manyomak” dan memicu kemacetan.

“Kita kadang kecewa dengan banyaknya beca saat ini dan kadang tidak mengindahkan aturan berlalulintas,” ujar Ali (39) salah satu warga kota Padangsidimpuan, Kamis (21/1).

Dulu beca di Padangsidimpuan sangat terkenal dengan keindahan desainnya ditambah punya warna yang terang sesuai dengan kesatuan atau yayasannya. Namun kini hal itu tidak terlihat lagi. Tak jarang ditemukan becak yang kondisinya sudah sangat buruk masih beroperasi.

Becak yang desain yang indah dan menjadi ikon kebanggaan di kota Salak ini, kini hanya tinggal kenangan. Saat ini beca tidak punya warna lagi bebas sesuai dengan warna keinginan sendiri, bahkan ada yang justru tidak memiliki warna alias di cat.

“Terkadang ngeri bila melihat becak besi tua berkarat dan bodi maupun vespanya sudah sobek dan berkarat tapi masih beroperasi, kekawatiran kita bila kerusakan itu yang memicu terjadi kecelakaan,” ujar Ali menambahkan.

Tak heran pula bila roda depan kadang terlepas atau sumbu asnya patah menyebabkan kecelakaan yang tidah saja mengorbankan pengemudinya namun penumpang yang sedang duduk santai menikmati suasana kota ikut terhempas.

Penomen becak di daerah ini sudah menjadi pemandangan yang kurang baik. Saat ini jumlahnya terus bertambah namun terkadang tidak memperhatikan kondisi kesehatan fisik dan mesin. Disamping menimbulkan volusi udara juga dapat memicu rawan kecelakaan dan kemacetan.

Pewarta: Khairul Arief

Editor : khairularief


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016