Dengan luas lebih dari 71 km per segi, serta wilayah yang terdiri dari pergunungan, perbukitan, dan sungai yang diapit oleh Selat Malaka dan Samudera Hindia, Sumatera Utara merupakan daerah yang memiliki banyak potensi.

Namun di balik potensi yang sangat besar tersebut, Sumatera Utara atau Sumut juga memiliki banyak kerawanan terhadap bencana, terutama menjelang akhir tahun.

Kerawanan itu berupa banjir dan tanah longsor yang disebabkan karena Sumut merupakan wilayah yang menerima curah hujan tinggi, terutama saat menjelang akhir tahun.

Karenanya Pemerintah Provinsi atau Pemprov Sumut dan pemkab/pemkot di wilayah itu diharapkan dapat melakukan berbagai persiapan sebagai bentuk antisipasi terhadap potensi bencana yang sering terjadi menjelang akhir tahun.

Anggota DPRD Sumut Ahmadan Harahap mengakui banyaknya kerawanan bencana menjelang akhir tahun berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya.

Menurut dia, daerah yang rutin mengalami bencana tanah longsor dan banjir tersebut antara lain di kawasan Tapanuli bagian selatan yang banyak memiliki sungai dan wilayah perbukitan.

Bencana banjir juga sering terjadi di Kabupaten Mandailing Natal akibat minimnya kemampuan resapan air karena banyaknya praktik penebangan pohon di hutan.

Sedangkan untuk potensi rawan longsor sering terjadi di kawasan Labundong, Kabupaten Padang Lawas Utara, sekitar Gunung Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, dan Aek Latong, Kabupaten Tapanuli Selatan.

Selain mengancam keselamatan jiwa jika menimpa permukiman warga, longsor itu juga seringkali menyebabkan kemacetan arus lalu lintas yang cukup parah karena material tanah dan batu yang memenuhi badan jalan.

Ironisnya, penanganan longsor tersebut berlangsung lama karena pemda dinilai tidak memiliki kesiapan, terutama dalam menyiapkan alat-alat berat untuk menyingkirkan material longsor.

"Selama ini, setelah longsor terjadi baru sibuk mencari alat berat," kata politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.

Sementara itu anggota DPRD Sumut dari Partai Gerindra Richard Pandapotan Sidabutar mengharapkan agar pemprov dan pemkab/pemkot di Sumut dapat membuat pemetaan mengenai kerawanan tersebut guna menjadi rekomendasi mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum dan ketika terjadi banjir dan longsor.

Selain menyiagakan tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan berkoordinasi dengan Badar SAR Nasional (Basarnas), kata dia, pemda juga perlu menyiapkan alat berat yang dapat dikerahkan sewaktu-waktu jika terjadi longsor.

Sebagai anggota legislatif dari Daerah Pemilihan Kabupaten Simalungun dan Kota Pematang Siantar, Richard mencatat adanya beberapa daerah yang rawan banjir dan longsor di daerah itu.

Ia mencontohkan kawasan menuju tempat rekreasi Danau Toba di Parapat berupa longsor dan kawasan pebukitan di Kecamatan Sidamanik.


Sedangkan banjir sering terjadi di daerah pinggiran Sungai Bah Bolon dan Sungai Asahan yang meluap akibat curah hujan yang tinggi.


Adapun daerah perbukitan lain yang rutin mengalami longsor sehingga perlu penyiagaan alat berat adalah Jalan Jamin Ginting yang menghubungkan Kota Medan dan Kabupaten Karo.


Anggota DPRD Sumut dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Baskami Ginting mengatakan bahwa disebabkan satu-satunya jalur yang menghubungkan Medan-Karo, longsor itu sering menimbulkan kemacetan lalu lintas yang sangat panjang.


Peristiwa itu dapat terlihat dari peristiwa longsor yang terjadi pada Minggu (29/11) malam di Desa Doulu, Kecamatan Berastagi.


Demikian juga longsor yang terjadi pada Selasa (1/12) malam di lima titik di kawasan pemandian alam Sembahe yang juga menyebabkan munculnya antrean kendaraan hingga mencapai puluhan kilometer.


Longsor yang melanda jalur itu bukan hanya mengganggu lalu lintas, tetapi juga aktivitas perekonomian masyarakat karena jalur itu merupakan sarana untuk mendistribusikan sayur mayur yang dihasilkan oleh petani dari Kabupaten Karo.


Jika longsor berlangsung lama, maka petani Karo akan sulit mengantarkan sayur mayur hasil pertanian mereka yang di sisi lain sangat dibutuhkan masyarakat Kota Medan dan sekitarnya.


"Jika tidak dikirim, sayur-sayur itu akan busuk dan tidak akan beredar di Medan. Tentu akan berpengaruh pada harga di pasar," kata dia.


Karena itu, dia menilai, dibutuhkan penyiagaan alat berat di jalur yang juga melintasi kawasan Kabupaten Deliserdang tersebut.


Kerawanan terkini yang melanda Sumut juga terjadi di Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematangsiantar, pada Selasa (1/12) malam berupa banjir yang cukup besar.


Banjir yang disertai longsor tersebut telah menyebabkan rusaknya 11 unit rumah di Kelurahan Banjar dan Kelurahan Simarito, Kecamatan Siantar Barat. Bahkan, dua warga Pematangsiantar ikut tewas dalam musibah longsor tersebut.


Banjir itu juga melanda Taman Hewan Pematangsiantar sehingga menyebabkan tiga ekor buaya dan enam satwa lain hanyut terbawa air.


Karenanya menjelang akhir tahun 2015 dan akan memasuki tahun 2016 semua pihak harus melakukan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya banjir dan tanah longsor, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten dan kota.


***4***

Pewarta: Oleh Irwan Arfa

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015