Medan, 27/11 (Antara) - Nilai ekspor Sumatera Utara ke Republik Rakyat Tiongkok atau RRT hingga triwulan III-2015 turun 26,65 persen dari periode sama tahun lalu menjadi tinggal 579, 986 juta dolar AS.
"Penurunan nilai eskpor ke RRT antara lain dipicu turunnya ekspor beberapa produk unggulan Sumut seperti CPO (crude palm oil)," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Jumat.
Nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati (CPO dan produk turunan lainnya) ke RRT berkurang 44,65 persen atau tinggal 223,864 juta dolar AS.
Ekspor karet dan barang dari karet juga turun 33,48 persen dari 97,496 juta dolar AS menjadi 64,859 juta dolar AS.
Adapun produk kimia, ekspornya turun 13,09 persen menjadi 116,403 juta dolar AS.
"Hampir semua produk yang diekspor ke RRT mengalami penurunan," katanya.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo, menyebutkan, penurunan ekspor bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah dan pengusaha Sumut untuk tidak tergantung dengan RRT.
RRT menjadi negara tujuan utama kedua ekspor Sumut setelah Amerika Serikat.
Semakin dinilai perlu menjadi pelajaran setelah Pemerintah RRT mengambil kebijakan mendevaluasi mata uangnya "Yuan" yang menyebabkan terganggunya perekonomian dan mengganggu ekspor berbagai negara ternasuk Sumut, Indonesia.
Pengusaha, katanya, harus lebih proaktif mengembangkan pasar ekspor sehingga tidak tergantung dengan negara tertentu.
Selain negara ekspor diperluas, pengusaha Sumut harus bisa meningkatkan penjualan di dalam negeri yang potensi pasarnya masih cukup besar.
"Selain tidak tergantung dengan pasar negara tertentu dan meningkatkan pemasaran di dalam negeri, juga harus mulai menahan impor," katanya. ***3***
(T.E016/B/T007/T007) 27-11-2015 17:32:12
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
"Penurunan nilai eskpor ke RRT antara lain dipicu turunnya ekspor beberapa produk unggulan Sumut seperti CPO (crude palm oil)," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Jumat.
Nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati (CPO dan produk turunan lainnya) ke RRT berkurang 44,65 persen atau tinggal 223,864 juta dolar AS.
Ekspor karet dan barang dari karet juga turun 33,48 persen dari 97,496 juta dolar AS menjadi 64,859 juta dolar AS.
Adapun produk kimia, ekspornya turun 13,09 persen menjadi 116,403 juta dolar AS.
"Hampir semua produk yang diekspor ke RRT mengalami penurunan," katanya.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo, menyebutkan, penurunan ekspor bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah dan pengusaha Sumut untuk tidak tergantung dengan RRT.
RRT menjadi negara tujuan utama kedua ekspor Sumut setelah Amerika Serikat.
Semakin dinilai perlu menjadi pelajaran setelah Pemerintah RRT mengambil kebijakan mendevaluasi mata uangnya "Yuan" yang menyebabkan terganggunya perekonomian dan mengganggu ekspor berbagai negara ternasuk Sumut, Indonesia.
Pengusaha, katanya, harus lebih proaktif mengembangkan pasar ekspor sehingga tidak tergantung dengan negara tertentu.
Selain negara ekspor diperluas, pengusaha Sumut harus bisa meningkatkan penjualan di dalam negeri yang potensi pasarnya masih cukup besar.
"Selain tidak tergantung dengan pasar negara tertentu dan meningkatkan pemasaran di dalam negeri, juga harus mulai menahan impor," katanya. ***3***
(T.E016/B/T007/T007) 27-11-2015 17:32:12
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015