Dairi, 25/3 (Antarasumut) – Koordinator petugas penyuluh pertanian di Lae hole Kecamatan Parbuluan Himsal Silitonga, di Kecamatan Parbuluan sedang mencoba membudidayakan buah markisa dengan kreatifitas sendiri.

Ditemui di Laehole, Rabu, budidaya markisa dilakukan di wadah polibet dengan memanfaatkan pagar sebagai penahan atau penyangga. Ia membibitkan markisa kurang lebih sebanyak 500 batang dengan menggunakan biaya sendiri dan dari hasil budidaya tersebut telah menghasilkan produksi panen pertama sebanyak 20 kg serta harga pasar yang mendukung antara Rp. 6000-7000/kg.

Ia mengungkapkan kendala yang dihadapi saat budidaya markisa yakni masalah tiang penyangga yang masih menggunakan kayu yang dapat tahan hanya setahun sehingga keuntungan yang diperoleh kurang maksimal. "Kalau ada program dari Pemerintah kalau boleh kami ingin tiangnya dari besi supaya tahan lama dan keuntungan yang diperoleh bisa maksimal," harapnya.

Ia mengatakan, penyakit yang sering menyerang buah markisa ini adalah serangan lalat buah. Sementara masalah pupuk hanya menggunakan kompos untuk mendapatkan hasil yang maksimal. “Jika menggunakan pupuk kimia, buahnya memang lebat tapi akan berhenti berproduksi karena ada masa waktunya,” ujarnya.

Silitonga mengatakan, budidaya markisa tidak susah namun karena markisa merupakan jenis tanaman subtropis sehingga untuk hasil maksimal disarankan untuk ditanam pada daerah dengan ketinggian 800-1500 meter diatas permukaan laut dengan suhu sekitar 20-30 derajat celcius.

Ia menyebut kemudahan markisa tidak bermasalah dengan jenis tanah apapun asalkan unsur hara serta bahan organiknya cukup. Selain itu tanah juga tidak masam dengan PH 6,5-7,5 dan sama seperti tumbuhan yang lain, markisa akan tumbuh dengan baik bila mendapatkan air yang cukup.

Pewarta: Edy Pandiangan

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015