Medan, 31/5 (Antara) - Nilai ekspor Sumatera Utara ke Belanda terus turun hingga 31, 86 persen pada triwulan I-2015 dibandingkan periode sama 2014 akibat krisis global yang mengakibatkan turunnya permintaan dan harga jual berbagai komoditas.

"Hingga triwulan I-2015, nilai ekspor daerah kita ke Belanda hanya 82,652 juta dolar AS, sedangkan pada periode sama 2014 sudah sebesar 121,304 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) Wien Kusdiatmono di Medan, Minggu.

Menurut dia, penurunan devisa yang cukup besar antara lain dipicu melemahnya ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya serta produk lainnya ke negara itu.

CPO dan produk turunannya memang menjadi salah satu andalan ekspor Sumut ke Belanda.

Pada triwulan I-2015, nilai ekspor CPO dan produk turunannya ke Belanda mencapai 32,178 juta dolar AS.

Selain CPO, ekspor Sumut lainnya yang besar ke Belanda adalah produk kimia, karet dan produk karet lainnya.

Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun menyebutkan, selain akibat krisis global, penurunan ekspor sawit Sumut ke Belanda antara lain akibat kampanye negatif sawit.

"Kampanye negatif sawit Indonesia paling gencar dilakukan di negara Eropa termasuk Belanda yang menjadi salah satu tujuan ekspor dan bahkan menjadi bursa komoditas tersebut," katanya.

Kampanye negatif tentang sawit itu terus diupayakan ditepis dengan berbagai cara seperti pembuktian bahwa kebun dan industri sawit di Indonesia semakin ramah lingkungan.

Pengusaha sawit juga terus berupaya memperluas pasar ekspor sawit di luar negera-negara "tradisionil" selama ini. ***3***
(T.E016/B/T. Susilo/T. Susilo)

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015