Medan, 22/4 (Antara) - Krisis global membuat nilai ekspor Sumatera Utara ke Belanda terus mengalami penurunan hingga sebesar 43,54 persen selama bulan Januari-Februari 2015.
"Pada periode sama tahun lalu, nilai ekspor Sumut ke Belanda masih bisa sebesar 77,704 juta dolar AS, sementara pada masa yang sama tahun ini tinggal 43,872 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Wien Kusdiatmono di Medan, Rabu.
Menurut dia, penurunan devisa yang cukup besar antara lain dipicu melemahnya ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan produk turunan lainnya dari Sumut ke negara itu.
Ekspor CPO dan produk turunannya memang menjadi salah satu andalan ekspor Sumut ke Belanda.
Harga di Belanda (Rotterdam) bahkan menjadi salah satu acuan harga CPO dunia.
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun menyebutkan, selain akibat krisis global, penurunan ekspor sawit Sumut ke Belanda antara lain akibat kampanye negatif sawit.
Dia menjelaskan, kampanye negatif sawit paling gencar dilakukan berbagai kalangan di negara Eropa termasuk Belanda.
"Makanya Pemerintah, DMSI, Gapki dan asosiasi sawit lainnya juga masih terus memerangi kampanye negatif sawit dan mensosialisasikan kepositifan produk itu," ujar Derom.
Derom menegaskan, hingga kini, Pemerintah Indonesia masih menilai bahwa kampanye negatif sawit cenderung dilakukan akibat persaingan bisnis.
Meski demikian, katanya, pembenahan sektor persawitan dinilai tetap perlu dilakukan untuk kepentingan Indonesia di dalam dan luar negeri.
Sawit ramah lingkungan mulai di area perkebunan dan pabrik harus dijalankan. ***3***
(T.E016/B/T. Susilo/T. Susilo) 22
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
"Pada periode sama tahun lalu, nilai ekspor Sumut ke Belanda masih bisa sebesar 77,704 juta dolar AS, sementara pada masa yang sama tahun ini tinggal 43,872 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Wien Kusdiatmono di Medan, Rabu.
Menurut dia, penurunan devisa yang cukup besar antara lain dipicu melemahnya ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan produk turunan lainnya dari Sumut ke negara itu.
Ekspor CPO dan produk turunannya memang menjadi salah satu andalan ekspor Sumut ke Belanda.
Harga di Belanda (Rotterdam) bahkan menjadi salah satu acuan harga CPO dunia.
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun menyebutkan, selain akibat krisis global, penurunan ekspor sawit Sumut ke Belanda antara lain akibat kampanye negatif sawit.
Dia menjelaskan, kampanye negatif sawit paling gencar dilakukan berbagai kalangan di negara Eropa termasuk Belanda.
"Makanya Pemerintah, DMSI, Gapki dan asosiasi sawit lainnya juga masih terus memerangi kampanye negatif sawit dan mensosialisasikan kepositifan produk itu," ujar Derom.
Derom menegaskan, hingga kini, Pemerintah Indonesia masih menilai bahwa kampanye negatif sawit cenderung dilakukan akibat persaingan bisnis.
Meski demikian, katanya, pembenahan sektor persawitan dinilai tetap perlu dilakukan untuk kepentingan Indonesia di dalam dan luar negeri.
Sawit ramah lingkungan mulai di area perkebunan dan pabrik harus dijalankan. ***3***
(T.E016/B/T. Susilo/T. Susilo) 22
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015