Balige, Sumut, (Antara) - Sejumlah warga di Balige, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara, mengeluhkan tingginya harga jual elpiji tiga kilogram yang tembus mencapai Rp26 ribu per tabung di tingkat pengecer sejak dua bulan terakhir di daerah tersebut.
"Kami berharap pemerintah daerah setempat segera menggelar operasi pasar (OP) elpiji untuk mengatasi kesulitan mendapatkan bahan bakar gas itu," kata Nurlinda Simanjuntak (35), salah seorang warga di Balige, Rabu.
Menurutnya, operasi pasar khususnya untuk elpiji tiga kilogram sangat perlu dilakukan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Tobasa bersama instansi terkait lainnya, untuk menekan kenaikan harga elpiji yang melambung tinggi dan sulit diperoleh belakangan ini.
Kebijakan maupun program operasi pasar mengantisipasi terjadinya kelangkaan elpiji, kata dia, perlu dilakukan mulai tingkat kabupaten, kecamatan hingga kelurahan maupun tingkat desa, guna membantu warga memperoleh elpiji tiga kilogram dengan harga pantas dan memadai.
"Operasi pasar dengan melibatkan pihak PT.Pertamina itu tentu akan sangat bermanfaat dan membantu warga mengatasi kelangkaan elpiji tiga kilogram di Kabupaten ini," kata Nurlinda.
Boru Pardede, (40) seorang ibu rumah tangga warga Kota Balige berharap, pihak Pemkab Tobasa hendaknya segera dapat mengatasi persoalan yang banyak dikeluhkan masyarakat tentang langkanya elpiji tiga kilogram saat ini.
Menurutnya, kelangkaan gas elpiji tiga kilogram sudah cukup lama dan sering terjadi di Kabupaten Tobasa. Mereka sering merasa kesulitan memperolehnya dan sering dengan terpaksa harus dibeli dengan harga mencapai Rp26 ribu per tabung.
Keluhan masyarakat tentang sulitnya mendapatkan elpiji tiga kilogram serta harga yang melambung tak terkendali, jauh lebih tinggi dibanding harga yang ditetapkan itu harus jadi persoalan yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.
"Karena sangat butuh, sering dengan terpaksa kami harus membeli elpiji tiga kilogram di kios pengecer dengan harga Rp26 ribu, padahal sebelumnya harganya antara Rp20 ribu hingga Rp22 ribu," kata Boru Pardede.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Tobasa, Marsarasi Simanjuntak menyebutkan, secara rutin pihaknya terus melakukan pemantauan untuk memeriksa kelangkaan elpiji, baik di tingkat pengecer maupun distributor di Kabupaten yang terletak di pinggir danau Toba itu.
Menurutnya, terjadinya kelangkaan gas elpiji tiga kilogram di daerah tersebut, diduga akibat semakin banyaknya konsumen yang berlalih dari penggunaan gas 12 kilogram ke tabung ukuran tiga kilogram.
Sebab, kata dia, kuota gas LPG tiga kilogram di Kabupaten itu tidak mengalami perobahan, yakni sebanyak 76.168 tabung per bulan.
"Pemerintah daerah setempat menetapkan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp16 ribu untuk elpiji tiga kilogram, mengacu kepada surat keputusan Bupati Tobasa nomor 59 tahun 2012 tanggal 27 Februari," sebut Marsarasi. ***3***
(KR-HIN)
Biqwanto
(T.KR-HIN/B/B. Situmorang/B. Situmorang)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
"Kami berharap pemerintah daerah setempat segera menggelar operasi pasar (OP) elpiji untuk mengatasi kesulitan mendapatkan bahan bakar gas itu," kata Nurlinda Simanjuntak (35), salah seorang warga di Balige, Rabu.
Menurutnya, operasi pasar khususnya untuk elpiji tiga kilogram sangat perlu dilakukan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Tobasa bersama instansi terkait lainnya, untuk menekan kenaikan harga elpiji yang melambung tinggi dan sulit diperoleh belakangan ini.
Kebijakan maupun program operasi pasar mengantisipasi terjadinya kelangkaan elpiji, kata dia, perlu dilakukan mulai tingkat kabupaten, kecamatan hingga kelurahan maupun tingkat desa, guna membantu warga memperoleh elpiji tiga kilogram dengan harga pantas dan memadai.
"Operasi pasar dengan melibatkan pihak PT.Pertamina itu tentu akan sangat bermanfaat dan membantu warga mengatasi kelangkaan elpiji tiga kilogram di Kabupaten ini," kata Nurlinda.
Boru Pardede, (40) seorang ibu rumah tangga warga Kota Balige berharap, pihak Pemkab Tobasa hendaknya segera dapat mengatasi persoalan yang banyak dikeluhkan masyarakat tentang langkanya elpiji tiga kilogram saat ini.
Menurutnya, kelangkaan gas elpiji tiga kilogram sudah cukup lama dan sering terjadi di Kabupaten Tobasa. Mereka sering merasa kesulitan memperolehnya dan sering dengan terpaksa harus dibeli dengan harga mencapai Rp26 ribu per tabung.
Keluhan masyarakat tentang sulitnya mendapatkan elpiji tiga kilogram serta harga yang melambung tak terkendali, jauh lebih tinggi dibanding harga yang ditetapkan itu harus jadi persoalan yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.
"Karena sangat butuh, sering dengan terpaksa kami harus membeli elpiji tiga kilogram di kios pengecer dengan harga Rp26 ribu, padahal sebelumnya harganya antara Rp20 ribu hingga Rp22 ribu," kata Boru Pardede.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Tobasa, Marsarasi Simanjuntak menyebutkan, secara rutin pihaknya terus melakukan pemantauan untuk memeriksa kelangkaan elpiji, baik di tingkat pengecer maupun distributor di Kabupaten yang terletak di pinggir danau Toba itu.
Menurutnya, terjadinya kelangkaan gas elpiji tiga kilogram di daerah tersebut, diduga akibat semakin banyaknya konsumen yang berlalih dari penggunaan gas 12 kilogram ke tabung ukuran tiga kilogram.
Sebab, kata dia, kuota gas LPG tiga kilogram di Kabupaten itu tidak mengalami perobahan, yakni sebanyak 76.168 tabung per bulan.
"Pemerintah daerah setempat menetapkan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp16 ribu untuk elpiji tiga kilogram, mengacu kepada surat keputusan Bupati Tobasa nomor 59 tahun 2012 tanggal 27 Februari," sebut Marsarasi. ***3***
(KR-HIN)
Biqwanto
(T.KR-HIN/B/B. Situmorang/B. Situmorang)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015