Balige, Sumut, 22/5 (Antara) - Kelompok kerja pariwisata lokal "IAS" Kabupaten Toba Samosir, menyelenggarakan bimbingan teknis pengembangan konstruksi bambu dengan memunculkan bentuk unik dan kreatif tanpa merusak lingkungan untuk menambah nilai daya tarik wisata di kawasan danau Toba, Sumatera Utara.
"Bimbingan teknis kerajinan bambu yang diselenggarakan bertujuan untuk mendorong inovasi pengembangan produk wisata dan kreatifitas baru di kawasan danau Toba," kata Koordinator Inganan Asa Sonang (IAS), Sebastian Hutabarat di Balige, Kamis.
Dalam menambah nilai daya tarik wisata, kata dia, dapat dilakukan dengan mengenalkan potensi alam, budaya, ataupun bentuk kreatifitas yang inovatif. Salah satunya dengan memunculkan bambu dengan konstruksi yang alami dan unik tanpa merusak lingkungan.
Dikatakannya, kelompok kerja IAS yang dalam bahasa Batak berarti "bersih" itu, juga akan membekali para peserta dengan ketrampilan dan pengetahuan tentang pemanfaatan bambu serta membangun komunikasi dan koordinasi serta kerjasama dengan komunitas pengrajin bambu lainnya.
Sebastian menjelaskan, keluaran yang diharapkan dari penyelenggaraan kegiatan selama dua hari (23- 24 Mei 2014) itu akan memunculkan konstruksi-konstruksi bambu yang kreatif sebagai daya tarik wisata, serta terbentuknya komunitas bambu di Kabupaten se-kawasan danau Toba.
Sebab, menurut dia, bambu merupakan tumbuhan yang banyak terdapat di wilayah sekitar danau Toba, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kreatifitas, termasuk konstruksi bangunan.
Sebastian menjelaskan, dalam rangka pelaksanaan bimbingan ketrampilan bambu itu, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten, Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara serta pihak narasumber.
Penyelenggaraan bimbingan teknis itu, meliputi penambahan wawasan mengenai konstruksi bambu yang terdiri dari pemaparan teori dan praktek.
Kegiatan pelatihan dikuti 60 peserta dengan melibatkan para pemangku kepentingan dari unsur Pemerintah di antaranya, Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Parekraf, Disbudpar Provinsi Sumut, Disbudpar Tobasa dan Asosiasi/Pelaku Usaha/Masyarakat pengrajin, Arsitek serta sejumlah Pengusaha hotel dan restoran.
Sebastian menyebutkan, narasumber dalam kegiatan bimbingan teknis itu, berasal dari Kemenparekraf, Disbudpar Toba Samosir dan beberapa akademisi dari Institut Teknologi Bandung.
Disebutkannya, pariwisata merupakan salah satu komponen utama untuk pembangunan sektor ekonomi, sosial dan budaya. Untuk memaksimalkan keuntungan yang diharapkan melalui sektor pariwisata, diperlukan pola perencanaan dan pengelolaan berkesinambungan.
Menurut Sebastian, merencanakan pembangunan pariwisata menjadi tidak mudah mengingat sifat pembangunan kepariwisataan yang multi dimensi dan multi sektoral sekaligus berkesinambungan.
"Bimbingan teknis dan kampanye lingkungan serta pencitraan destinasi maupun promosi pariwisata sangat perlu disusun dengan berfokus pada pembangunan kesadaran kolektif dalam pengembangan pariwisata," katanya. (IN)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
"Bimbingan teknis kerajinan bambu yang diselenggarakan bertujuan untuk mendorong inovasi pengembangan produk wisata dan kreatifitas baru di kawasan danau Toba," kata Koordinator Inganan Asa Sonang (IAS), Sebastian Hutabarat di Balige, Kamis.
Dalam menambah nilai daya tarik wisata, kata dia, dapat dilakukan dengan mengenalkan potensi alam, budaya, ataupun bentuk kreatifitas yang inovatif. Salah satunya dengan memunculkan bambu dengan konstruksi yang alami dan unik tanpa merusak lingkungan.
Dikatakannya, kelompok kerja IAS yang dalam bahasa Batak berarti "bersih" itu, juga akan membekali para peserta dengan ketrampilan dan pengetahuan tentang pemanfaatan bambu serta membangun komunikasi dan koordinasi serta kerjasama dengan komunitas pengrajin bambu lainnya.
Sebastian menjelaskan, keluaran yang diharapkan dari penyelenggaraan kegiatan selama dua hari (23- 24 Mei 2014) itu akan memunculkan konstruksi-konstruksi bambu yang kreatif sebagai daya tarik wisata, serta terbentuknya komunitas bambu di Kabupaten se-kawasan danau Toba.
Sebab, menurut dia, bambu merupakan tumbuhan yang banyak terdapat di wilayah sekitar danau Toba, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kreatifitas, termasuk konstruksi bangunan.
Sebastian menjelaskan, dalam rangka pelaksanaan bimbingan ketrampilan bambu itu, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten, Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara serta pihak narasumber.
Penyelenggaraan bimbingan teknis itu, meliputi penambahan wawasan mengenai konstruksi bambu yang terdiri dari pemaparan teori dan praktek.
Kegiatan pelatihan dikuti 60 peserta dengan melibatkan para pemangku kepentingan dari unsur Pemerintah di antaranya, Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Parekraf, Disbudpar Provinsi Sumut, Disbudpar Tobasa dan Asosiasi/Pelaku Usaha/Masyarakat pengrajin, Arsitek serta sejumlah Pengusaha hotel dan restoran.
Sebastian menyebutkan, narasumber dalam kegiatan bimbingan teknis itu, berasal dari Kemenparekraf, Disbudpar Toba Samosir dan beberapa akademisi dari Institut Teknologi Bandung.
Disebutkannya, pariwisata merupakan salah satu komponen utama untuk pembangunan sektor ekonomi, sosial dan budaya. Untuk memaksimalkan keuntungan yang diharapkan melalui sektor pariwisata, diperlukan pola perencanaan dan pengelolaan berkesinambungan.
Menurut Sebastian, merencanakan pembangunan pariwisata menjadi tidak mudah mengingat sifat pembangunan kepariwisataan yang multi dimensi dan multi sektoral sekaligus berkesinambungan.
"Bimbingan teknis dan kampanye lingkungan serta pencitraan destinasi maupun promosi pariwisata sangat perlu disusun dengan berfokus pada pembangunan kesadaran kolektif dalam pengembangan pariwisata," katanya. (IN)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014