Oleh Munawar Mandailing
Medan, 16/3 (Antara) - Sebanyak 15 wanita asal Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), korban perdagangan dan penyekapan yang dilakukan majikan, akan dipulangkan ke kampung halaman mereka.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut, M Zahrin Piliang di Medan, Minggu, mengatakan saat ini mengenai administrasi ke-15 wanita tersebut sedang dipersiapkan.
Menurut dia, sebanyak 15 wanita yang dititipkan di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Pemprov Sumut, banyak mengalami kemajuan dan sudah mulai kelihatan sembuh.
"Kondisi fisik para wanita yang selama ini selalu mendapat penyiksaan dari majikan, MHR (47), sudah mulai pulih dan dapat berkomunikasi dengan sesama teman di lokasi P2TP2A," ujar Zahrin.
Dia menyebutkan, rencana pemulangan 15 wanita tersebut ke Kupang, karena korban sudah cukup lama meninggalkan anak dan keluarga mereka.
Selain itu, katanya, ke-15 wanita asal NTT itu juga teringat dengan daerah asal mereka.
"Kita harapkan wanita yang mengalami nasib malang itu secepatnya dapat dipulangkan ke NTT," kata Ketua KPAID.
Sebelumnya, 15 wanita asal Provinsi NTT itu sempat mendapat perawatan dan pemeriksaan kejiwaan di RSUD dr Pirngadi Medan, karena mereka seluruhnya dalam keadaan lemah.
Mereka sempat diinapkan selama tiga hari di rumah sakit milik Pemerintah Kota Medan itu.
Sebagaimana diinformasikan, sebanyak 18 wanita diduga korban perdagangan wanita, dalam keadaan lemah berhasil diselamatkan dari rumah MHR (47), seorang pengusaha sarang burung walet di Jalan Brigjen Katamso Medan, beluma lama ini.
Kasus penyekapan wanita tersebut dibongkar Polresta Medan, dan korbannya berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan hampir tiga tahun mereka tidak diberikan gaji, serta tidak diperbolehkan ke luar rumah.
Selama bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT), mereka hanya diberi makan nasi putih yang dicampur kerupuk, kecap, tempe dan ikan asin.
Sedangkan, Rita (22), wanita korban 'traficking' yang dirawat di RS Methodist, meninggal dunia Kamis (27/2) sekitar pukul 19.40 WIB, dan jasadnya dibawa ke RSUD dr Pirngadi Medan, Jumat (28/2) untuk diotopsi.
Rita merupakan salah satu dari 18 korban perdagangan wanita yang meninggal dunia saat menjalani perawatan. (M034)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
Medan, 16/3 (Antara) - Sebanyak 15 wanita asal Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), korban perdagangan dan penyekapan yang dilakukan majikan, akan dipulangkan ke kampung halaman mereka.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut, M Zahrin Piliang di Medan, Minggu, mengatakan saat ini mengenai administrasi ke-15 wanita tersebut sedang dipersiapkan.
Menurut dia, sebanyak 15 wanita yang dititipkan di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Pemprov Sumut, banyak mengalami kemajuan dan sudah mulai kelihatan sembuh.
"Kondisi fisik para wanita yang selama ini selalu mendapat penyiksaan dari majikan, MHR (47), sudah mulai pulih dan dapat berkomunikasi dengan sesama teman di lokasi P2TP2A," ujar Zahrin.
Dia menyebutkan, rencana pemulangan 15 wanita tersebut ke Kupang, karena korban sudah cukup lama meninggalkan anak dan keluarga mereka.
Selain itu, katanya, ke-15 wanita asal NTT itu juga teringat dengan daerah asal mereka.
"Kita harapkan wanita yang mengalami nasib malang itu secepatnya dapat dipulangkan ke NTT," kata Ketua KPAID.
Sebelumnya, 15 wanita asal Provinsi NTT itu sempat mendapat perawatan dan pemeriksaan kejiwaan di RSUD dr Pirngadi Medan, karena mereka seluruhnya dalam keadaan lemah.
Mereka sempat diinapkan selama tiga hari di rumah sakit milik Pemerintah Kota Medan itu.
Sebagaimana diinformasikan, sebanyak 18 wanita diduga korban perdagangan wanita, dalam keadaan lemah berhasil diselamatkan dari rumah MHR (47), seorang pengusaha sarang burung walet di Jalan Brigjen Katamso Medan, beluma lama ini.
Kasus penyekapan wanita tersebut dibongkar Polresta Medan, dan korbannya berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan hampir tiga tahun mereka tidak diberikan gaji, serta tidak diperbolehkan ke luar rumah.
Selama bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT), mereka hanya diberi makan nasi putih yang dicampur kerupuk, kecap, tempe dan ikan asin.
Sedangkan, Rita (22), wanita korban 'traficking' yang dirawat di RS Methodist, meninggal dunia Kamis (27/2) sekitar pukul 19.40 WIB, dan jasadnya dibawa ke RSUD dr Pirngadi Medan, Jumat (28/2) untuk diotopsi.
Rita merupakan salah satu dari 18 korban perdagangan wanita yang meninggal dunia saat menjalani perawatan. (M034)
Editor :
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014