Oleh Joko Gunawan

Rantauprapat, 19/2 (Antarasumut) - Pendistribusi air bersih dari PDAM Tirtabina Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu terganggu akibat rusaknya lima mesin yang berfungsi sebagai produksi dan distribusi kepada pelanggan.

“Dari lima mesin itu tiga diantaranya sudah diperbaiki, satu lagi besok dari Medan diantar dan satunya masih dalam perbaikan,” ujar Direktur PDAM Tirtabina Rantauprapat Amin Prasetyo, Rabu di ruang kerjanya.

Akibat kerusakan yang terjadi sekitar dua minggu lalu secara beruntun terhadap lima mesin yang kesemuanya berumur rata-rata 10 tahun itu, sebagian wilayah khususnya pelanggan di Kecamatan Rantau Utara terpaksa tidak semua mendapatkan pasokan air bersih.

Dijelaskan Amin, biasanya sekitar tiga jam bak tampung mereka sudah terpenuhi dan siap untuk didistribusikan ke masyarakat. Namun akibat rusaknya mesin secara bergantian, waktu pemenuhan bak tampung hingga distribusi bertambah  dua jam.

“Setiap jadwal terus seperti itu, jadi bagi lokasi didataran tinggi dan dipenghujung pipa, airnya tidak sampai. Itulah makanya ada yang dapat ada yang tidak. Tetapi kalau daerah Kecamatan Rantau Selatan dan wilayah Gelugur mesinnya masih baru, kemungkinan seminggu lagi sudah seperti semula,” sebut Amin lagi.

Lebih jauh diutarakan Direktur PDAM Tirtabina Rantauprapat tersebut, saat ini total jumlah pelanggan keseluruhan mencapai 7600-an yang tersebar di Kecamatan Rantau Utara sekitar 4400, Rantau Selatan 1500 dan Gelugur 400, sedangkan sisanya berada diwilayah lainnya.

“Untuk kedepan kemungkinan akan aman, tahun ini ada tambahan enam mesin baru dari APBD dan nanti totalnya 16 unit terdiri dari enam mesin distribusi dan 10 untuk produksi. Mesin yang baru nanti kita pakai di Rantau Utara, sedangkan yang lama kalau sudah diperbaiki dijadikan stok. Artinya masih ada mesin cadangan,” beber Amin Prasetyo.

Sebelumnya, sejumlah warga di Kelurahan Siringo-ringo, Kecamatan Rantau Utara mengaku sudah hampir sebulan tidak mendapat distribusi air bersih dari PDAM Tirtabina, bahkan terlihat satu unit mobil tangki baru milik perusahaan BUMD itu membagikan air kepada pelanggan dengan pembayaran yang tidak ditentukan.

“Kalau saya menduga ini modus mencari uang sampingan, buktinya sejak ada tangki baru itu, airpun tidak hidup dan akhirnya diantarlah pakai tangki, masyarakatpun terpaksa lah membayarnya. Sedihnya yang tak punya uang, ya cuma lihat tetangganya dikasi air,” cetus Torang Hasibuan (43).

Lain halnya diutarakan JW Sitorus (33) warga Jalan Pelita kelurahan yang sama, sepengetahuannya sejak tahun 1999 mereka harus memakai mesin air untuk menghisap kiriman PDAM agar sampai ke bak tampungan. “Begitupun hidupnya diatas jam dua belas malam, bahkan ada yang membuat bak diluar untuk menampung baru dilansir ke sumur,” bebernya. (JG)

 

 

 

 

 

Pewarta: Joko Gunawan

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014