Medan, 26/12 (Antara) - Produksi "crude palm oil (CPO)" atau minyak mentah kelapa sawit Indonesia tahun 2014 diprediksi hanya naik sedikit dari 2013 atau mencapai 29,5 juta ton.
"Tahun ini produksi sawit nasional diperkirakan hanya hanya 26,2 juta ton dari prediksi awal bisa mencapai 28 juta ton-28,5 juta ton,"kata Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun di Medan, Kamis.
Sama seperti tahun ini produksi yang terhambat antara lain akibat panen terganggu cuaca ekstrem, maka di tahun depan juga seperti itu ditambah semakin ketatnya peraturan dan terbatasnya areal untuk pengembangan sawit di dalam negeri.
"Ditambah sisa stok 2013 yang sebanyak 2,1 juta ton, maka persedian CPO Indonesia tahun 2014 hanya 31,6 juta ton,"katanya.
Dari produksi itu, untuk ekspor diperkirakan hanya sekitar 18 juta ton dan sisanya untuk konsumsi dalam negeri mulai pangan, industri , biofuel dan cadangan.
Ekspor itu tren turun dibandingkan 2013 yang diperkirakan mencapai 19 juta ton.
Volume ekspor bisa berkurang lagi, kalau aturan Pemerintah tentang peningkatan bahan bakar fosil dengan biofuel (biodiesel) menjadi 10 persen pada tahun 2014 yang berlaku efektif 1 September 2013 benar-benar dijalankan.
"Prediksi produksi dan ekspor sawit Indonesia yang cenderung turun itu mendapat perhatian serius dari peserta yang hadir dalam acara Oil World Outlook Conference di Hamburg 30 November,"katanya.
Perhatian serius peserta Oil World Outlook Conference itu diduga mengingat semakin dibutuhkannya minyak sawit di pasar internasional, sementara Indonesia merupakan produsen utama sawit dunia.
Tahun 2014, kebutuhan dunia mencapai 58,3 juta ton.
Dengan produksi dan ekspor yang tidak mengalami lonjakan besar, maka harga ekspor CPO diperkirakan tren menguat pada 2014.
Akhir tahun ini, harga ekspor CPO sudah mencapai 900an dolar AS per metrik ton (MT) dari 800an dolar AS per MT sebelumnya.
Menguatnya harga ekspor, membuat harga CPO di bursa lokal juga naik menjadi Rp10.160 per kg Desember ini dan menguat lagi untuk Maret 2014 sebesar Rp10.210 per kg.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, Sumut-Aceh, Hari Utomo menyebutkan sawit memang masih menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut.
Peningkatan taraf hidup petani dan devisa dari produk sawit itu menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi Sumatera bagian utara tahun 2014 yang ditargetkan sebesar 5,6 persen hingga 5,8 persen. (E016)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
"Tahun ini produksi sawit nasional diperkirakan hanya hanya 26,2 juta ton dari prediksi awal bisa mencapai 28 juta ton-28,5 juta ton,"kata Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun di Medan, Kamis.
Sama seperti tahun ini produksi yang terhambat antara lain akibat panen terganggu cuaca ekstrem, maka di tahun depan juga seperti itu ditambah semakin ketatnya peraturan dan terbatasnya areal untuk pengembangan sawit di dalam negeri.
"Ditambah sisa stok 2013 yang sebanyak 2,1 juta ton, maka persedian CPO Indonesia tahun 2014 hanya 31,6 juta ton,"katanya.
Dari produksi itu, untuk ekspor diperkirakan hanya sekitar 18 juta ton dan sisanya untuk konsumsi dalam negeri mulai pangan, industri , biofuel dan cadangan.
Ekspor itu tren turun dibandingkan 2013 yang diperkirakan mencapai 19 juta ton.
Volume ekspor bisa berkurang lagi, kalau aturan Pemerintah tentang peningkatan bahan bakar fosil dengan biofuel (biodiesel) menjadi 10 persen pada tahun 2014 yang berlaku efektif 1 September 2013 benar-benar dijalankan.
"Prediksi produksi dan ekspor sawit Indonesia yang cenderung turun itu mendapat perhatian serius dari peserta yang hadir dalam acara Oil World Outlook Conference di Hamburg 30 November,"katanya.
Perhatian serius peserta Oil World Outlook Conference itu diduga mengingat semakin dibutuhkannya minyak sawit di pasar internasional, sementara Indonesia merupakan produsen utama sawit dunia.
Tahun 2014, kebutuhan dunia mencapai 58,3 juta ton.
Dengan produksi dan ekspor yang tidak mengalami lonjakan besar, maka harga ekspor CPO diperkirakan tren menguat pada 2014.
Akhir tahun ini, harga ekspor CPO sudah mencapai 900an dolar AS per metrik ton (MT) dari 800an dolar AS per MT sebelumnya.
Menguatnya harga ekspor, membuat harga CPO di bursa lokal juga naik menjadi Rp10.160 per kg Desember ini dan menguat lagi untuk Maret 2014 sebesar Rp10.210 per kg.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, Sumut-Aceh, Hari Utomo menyebutkan sawit memang masih menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut.
Peningkatan taraf hidup petani dan devisa dari produk sawit itu menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi Sumatera bagian utara tahun 2014 yang ditargetkan sebesar 5,6 persen hingga 5,8 persen. (E016)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013