Medan, 18/9 (Antara) - Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia Sumatera Utara mengkhawatirkan gangguan pasokan kopi dari petani sebagai dampak bencana meletusnya Gunung Sinabung yang kedua kali, Selasa (17/9) siang.

"Kekhawatiran mengacu pada perhitungan bahwa bencana alam di Karo menimbulkan hambatan pada distribusi mengingat daerah itu menjadi salah satu jalur lalu lintas utama angkutan kopi tersebut dari berbagai sentra seperti Sidikalang, Toba Samosir, dan Humbang Hasundutan," kata Wakil Ketua Umum bidang Speciality dan Industri Kopi AEKI Sumut Saidul Alam di Medan, Rabu.

Terhambatnya distribusi bukan hanya bisa mendongkrak harga jual dari petani tetapi juga mengancam kelangsungan ekspor.

Apalagi dewasa ini, di Sumut lagi musim paceklik karena belum memasuki masa panen.

Dewasa ini akibat masa paceklik, pasokan kopi petani sangat ketat dengan mutu kualitas yang juga rendah atau di sekitar 40 persen.

"Kalau bencana Sinabung masih berlanjut dikhawatirkan pasokan dan kualitas kopi petani semakin rendah. Namun sebaliknya harga jual petani bisa naik,".katanya.

Saidul mengakui dewasa ini harga kopi petani tren melemah atau hanya sekitar Rp7.000 hingga Rp8.000 per kg untuk yang masih kering dengan rendemen sekitar 40 persen dan jenis siap ekspor Rp30.000 per kg.

Harga yang rendah itu dampak harga ekspor yang melemah di sekitar 3 dolar AS per kg menyusul terjadinya pelemahan permintaan.

Permintaan yang melemah itu sendiri karena lagi musim panas di sejumlah negara importir dimana peminum kopi menjadi berkurang.

Petani kopi di Sidikalang, Romel Sembiring mengakui sedikitnya produksi dan murahnya harga jual.

Akibat produksi rendah dan disusul harga jual yang murah petani malas melakulan pemetikan dan penjualan kopi itu.

"Petani semakin malas memanen karena penjualan terganggu dampak meletusnya Gunung Sinabung di Karo,"katanya.***3***
(T.E016/B/N. Yuliastuti/N. Yuliastuti)

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013