Pematang Siantar, 13/7 (Antarasumut) – PT Bank Sinarmas cabang Kota Pematang Siantar menyalurkan paketi bantuan kepada sejumlah anak pemulung yang selama ini memanfaatkan waktu luang mereka belajar di pondok  ‘Sopo Na Met-met’,  Dusun Suka Mulia, Kelurahan Tanjung Pinggir.

“Bantuan ini bentuk kepedulian kami di bidang pendidikan,” kata Kepala cabang Bank Sinarmas Pematang Siantar Anthony , di Pematang Siantar, Sabtu

Anthony yang didampingi pengelola Sopo Na Met-met Farida Sitorus,  mengatakan bahwa  bantuan yang berasal dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) bank tersebut diberikan bukan dalam bentuk materi,  tetapi berupa peralatan.

Sedangkan tujuan dari pemberian paket perlatana belajar, menurut dia, untuk lebih  memotivasi agar anak-anak pemulung yang membantu orang tua mereka di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Tanjung Pinggir dapat lebih giat belajar.

Pada acara penyerahan bantuan itu, juga digelar lomba melukis bagi anak-anak TK dan lomba bercerita bagi anak SD kelas 3 ke atas.

"Program sosial seperti ini menjadi agenda tahunan dan kedepan pelaksanaannya akan lebih ditingkatkan," ujarnya.

Sementara itu,  pengelola pondok belajar Sopo Na Met-met, Farida menyebutkan bahwa di sanggar belajar itu terdapat 17 anak binaan yang umumnya juga belajar di sekolah formal,. "Hanya saja kemampuan serap mereka sangat lemah, bahkan ada di antaranya yang tidak naik kelas sampai dua atau tiga kali," tambahnya.

“Mencermati kondisi inilah akhirnya saya mengajak rekan-rekan membuat pondok belajar dengan harapan agar anak-anak binaan lebih ‘cinta belajar’ daripada menjadi pemulung seperti orang tuanya,” ungkap alumni Universitas Negeri Medan itu.

Farida menyatakan optimistis kelak anak-anak pemulung itu mampu meraih prestasi dalam dunia pendidikan dan menjadi sumber daya manusia yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Mereka sesungguhnya punya potensi menjadi generasi penerus bangsa yang pintar dan beretika,” ujar Farida yang mengaku mulai aktif sebagai relawan di bidang pembinaan anak para pemulung sejak tahun 2010.

Devi Sinaga, satu-satunya tenaga pembimbing di pondok belajar  Sopo Na Met-met,  mengaku puas dengan keberadaan pondok belajar tersebut di tengah suka dan duka yang dihadapinya.

“Tantangan terbesar yang sering kami hadapi adalah ketika orang tua anak didik tidak mendukung, dan ditambah lagi ada sebagian anak didik yang pola pikirnya dominan untuk ‘bekerja’ mengikuti orang tua mereka,”  ujarnya.

Oleh karena itu, Devi mengaku tidak jarang harus menjeput anak didik ke lokasi TPA sampah di Kelurahan Tanjung Pinggir agar mereka mau berkumpul dan belajar di pondok tersebut.

“Sekarang mereka (anak didik dan orang tua) mulai menyadari pentingnya sekolah,”  ucap Devi. (Wrt)

Pewarta: Waristo

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013