Jakarta, 4/6 (ANTARA) - Jenderal TNI (Purn) H. Djoko Santoso mengingatkan tidak adanya titik balik bagi demokrasi di Indonesia, sehingga demokrasi harus terus berjalan, sementara berbagai aspek yang masih dirasakan kurang baik harus terus dibenahi.
Djoko Santoso, Panglima TNI 2007-2010, menegaskan pandangannya mengenai demokrasi saat berbicara dalam acara Pelantikan Dewan Eksekutif Mahasiswa dan Senat Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah dan Dialog Kebangsaan di kampus universitas tersebut di Jakarta, Selasa.
Dalam acara bertajuk ¿Bersatu, berjalan beriringan dalam mengemban amanah mahasiswa UIN Jakarta¿ itu turut berbicara Wakil Ketua MPR-RI H. Hajriyanto Y. Tohari dan Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Komarudin Hidayat. Hadir pula Walikota Tangerang Selatan Hj. Airin Rachmi Diani, SH, MH.
¿Demokrasi di Indonesia sudah sampai pada `point of no return¿, sehingga tak bisa dikembalikan lagi ke masa lalu,¿ kata Djoko Santoso sambil menjelaskan kepada para mahasiswa tentang Gerakan Indonesia ASA (adil, sejahtera, dan aman) yang dibinanya.
Menurut mantan Panglima TNI itu, jika dalam penyelenggaraan demokrasi sekarang masih dirasakan ada kekurangan pada berbagai aspek penerapannya, maka perlu dilakukan perbaikan secara sungguh-sungguh demi kemajuan bangsa.
Salah satu kunci terpenting untuk menjamin bahwa demokrasi di Indonesia akan tetap bisa dipertahankan, kata Djoko, ialah upaya-upaya yang dilakukan harus dibarengi dengan usaha peningkatan kesejahteraan rakyat. ¿Di sini kuncinya. Kesejahteraan rakyat harus ditingkatkan,¿ katanya.
Mengenai Gerakan Indonesia ASA, Djoko menjelaskan, ke depan rakyat Indonesia harus benar-benar bisa merasakan keadilan, kesejahteraan, dan keamanan. Dalam pandangannya, keadilan harus berada di depan, diikuti kesejahteraan dan harus dijaga dengan rasa aman.
Ditambahkannya, pada era demokrasi sekarang tidak bisa lagi pemerintah menempatkan pendekatan keamanan (security) di barisan terdepan guna mewujudkan kesejahteran dan keadilan. ¿Jadi, harus adil dulu, kemudian sejahtera, lalu aman,¿ demikian Djoko Santoso.
Ia juga mengingatkan para mahasiswa sebagai generasi penerus terhadap arti pentingnya kepemimpinan untuk Indonesia yang lebih baik. Kepemimpinan yang baik adalah kunci kemajuan di negara manapun.
¿Jadi pemimpin itu harus pandai berhitung. Jangan sampai seorang pemimpin hanya pandai menambah dan mengalikan, tapi tidak pandai membagi,¿ katanya saat menjelaskan arti pentingnya pemimpin dalam berbagi (memberikan keadilan) kepada masyarakat.(E004)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
Djoko Santoso, Panglima TNI 2007-2010, menegaskan pandangannya mengenai demokrasi saat berbicara dalam acara Pelantikan Dewan Eksekutif Mahasiswa dan Senat Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah dan Dialog Kebangsaan di kampus universitas tersebut di Jakarta, Selasa.
Dalam acara bertajuk ¿Bersatu, berjalan beriringan dalam mengemban amanah mahasiswa UIN Jakarta¿ itu turut berbicara Wakil Ketua MPR-RI H. Hajriyanto Y. Tohari dan Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Komarudin Hidayat. Hadir pula Walikota Tangerang Selatan Hj. Airin Rachmi Diani, SH, MH.
¿Demokrasi di Indonesia sudah sampai pada `point of no return¿, sehingga tak bisa dikembalikan lagi ke masa lalu,¿ kata Djoko Santoso sambil menjelaskan kepada para mahasiswa tentang Gerakan Indonesia ASA (adil, sejahtera, dan aman) yang dibinanya.
Menurut mantan Panglima TNI itu, jika dalam penyelenggaraan demokrasi sekarang masih dirasakan ada kekurangan pada berbagai aspek penerapannya, maka perlu dilakukan perbaikan secara sungguh-sungguh demi kemajuan bangsa.
Salah satu kunci terpenting untuk menjamin bahwa demokrasi di Indonesia akan tetap bisa dipertahankan, kata Djoko, ialah upaya-upaya yang dilakukan harus dibarengi dengan usaha peningkatan kesejahteraan rakyat. ¿Di sini kuncinya. Kesejahteraan rakyat harus ditingkatkan,¿ katanya.
Mengenai Gerakan Indonesia ASA, Djoko menjelaskan, ke depan rakyat Indonesia harus benar-benar bisa merasakan keadilan, kesejahteraan, dan keamanan. Dalam pandangannya, keadilan harus berada di depan, diikuti kesejahteraan dan harus dijaga dengan rasa aman.
Ditambahkannya, pada era demokrasi sekarang tidak bisa lagi pemerintah menempatkan pendekatan keamanan (security) di barisan terdepan guna mewujudkan kesejahteran dan keadilan. ¿Jadi, harus adil dulu, kemudian sejahtera, lalu aman,¿ demikian Djoko Santoso.
Ia juga mengingatkan para mahasiswa sebagai generasi penerus terhadap arti pentingnya kepemimpinan untuk Indonesia yang lebih baik. Kepemimpinan yang baik adalah kunci kemajuan di negara manapun.
¿Jadi pemimpin itu harus pandai berhitung. Jangan sampai seorang pemimpin hanya pandai menambah dan mengalikan, tapi tidak pandai membagi,¿ katanya saat menjelaskan arti pentingnya pemimpin dalam berbagi (memberikan keadilan) kepada masyarakat.(E004)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013