"Ada tiga hal yang memicu lonjakan kasus di India. Pertama, vaksinasinya masih rendah dan lupa pada protokol kesehatan," katanya di Jakarta, Selasa.
Budi mengatakan sikap abai pada protokol kesehatan terlihat dari aktivitas puluhan ribu masyarakat setempat yang hadir dan berkerumun dalam acara keagamaan di Sungai Gangga. "Itu sudah parah," kata Budi.
Baca juga: Inggris berduka untuk Pangeran Philip, warga diminta tidak berkerumun
Namun karakteristik upacara keagamaan yang cukup banyak di India, kata Budi, memiliki kemiripan dengan situasi masyarakat di Provinsi Bali.
Selain itu, kata Budi, India dan Indonesia masih mencatatkan jumlah kepesertaan vaksinasi COVID-19 yang masih sedikit.
"Vaksinasi kita sama India sama-sama masih rendah. Kita tidak mungkin kejar 50 persenan cepat kan, sekarang kita baru enam persenan dari total populasi," katanya.
Baca juga: Dirjen WHO: Pandemi corona 'jauh dari selesai'
Hal ketiga yang dianggap memicu lonjakan kasus COVID-19 di India adalah keberadaan varian virus baru B117 asal Inggris.
"B117 di India sudah banyak, kita masih sedikit. Jadi selama kita masih bisa jaga prokesnya, terutama di hari keagamaan kita tidak kumpul-kumpul, mudah-mudahan tidak seperti di India," katanya.
Menjelang Idul Fitri 1442 Hijriyah/2021 Masehi, Budi mengingatkan masyarakat untuk membatasi pergerakan ke luar rumah serta menghindari kerumunan yang berpotensi memicu penularan penyakit.
"Yang berikutnya bisa kita kontrol adalah mobilitasnya agar dijaga," katanya.
Menurut data dari otoritas kesehatan yang dilansir dari The Indian Express, dilaporkan 261.500 kasus baru harian dan 1.501 kematian pada terjadi di India hingga Minggu (18/4).
Jumlah ini menambah kasus terkonfirmasi COVID-19 di India totalnya mencapai 14.788.109 kasus.