Tarutung (Antaranews Sumut) - Program upaya khusus pajale untuk jenis tanaman kacang kedelai di atas lahan seluas 3.500 hektare di wilayah Tapanuli Utara yang pembiayaannya bersumber dari APBN-P 2017, terindikasi gagal.
Penyebab kegagalan realisasi program tersebut, kata Tobing, anggota salah satu kelompok tani dari sekitar 700 poktan yang menjadi sasaran realisasi program, disebabkan oleh persoalan masif yang terjadi sejak pengadaan benih kedelai.
"Sejak dana bantuan untuk pengadaan benih dan pestisida ditransfer ke rekening kelompok, dana tersebut sudah langsung diarahkan oleh seorang oknum penyuluh untuk ditransfer langsung ke sebuah rekening atas nama Zulkifli," sebutnya, Rabu.
Disebutkan, besaran dana bantuan yang diketahui bersumber dari APBN tersebut diterima secara variatif oleh setiap kelompok dengan kisaran Rp.25 juga hingga Rp.35 juta per poktan, tergantung luasan areal tanam.
"Poktan kami mendapatkan transferan dana pada Desember 2017. Begitu dana diketahui telah cair, seorang oknum sudah mengarahkannya untuk segera ditransfer ke rekening Zulkifli yang disebut sebagai penyedia benih dan pestisida," jelasnya.
Kata dia, besaran dana yang ada di rekening adalah Rp.25 juta sebagai biaya untuk pembelian benih dan pestisida. Besaran dana tersebut disesuaikan untuk jatah penanaman pada seluas 20 hektare lahan, yang ditransferkan langsung ke penyedia barang dengan rincian, Rp.16 juta untuk benih, dan Rp.9 juta untuk pestisida.
Berselang lima hari, puluhan karung benih kedelai yang dikemas sebagaimana beras konsumsi yang tanpa perlakuan kimiawi seperti yang biasanya diterapkan atas benih unggul pada umumnya, serta belasan kardus berisi pestisida dalam botol yang diturunkan dari sebuah truk pun diterima poktan.
Kemasan benih yang menurutnya asal, dinilai sudah terlalu mahal, yakni seharga Rp.16 ribu per kg, yang tentunya diharapkan merupakan benih unggul dengan kualitas terjamin.
"Kami memang sedikit beruntung karena proses keberadaan benih sudah tersedia Desember 2017. Lain hal dengan poktan lainnya yang baru mendapatkan benih pada Februari 2017," urainya.
Meski mengaku beruntung, penyaluran benih dan pestisida yang sebelumnya menurut dinas pertanian didatangkan langsung dari daerah Jawa ternyata diangkut menggunakan truk yang berkode plat kendaraan BL, yakni Nangroe Aceh Darussalam.
"Saya iseng bertanya kepada sang supir, dan dijawab bila barang tersebut merupakan produksi Aceh. Padahal, tulisan yang disematkan di karung bertuliskan Jombang, sebagai salah satu daerah penghasil kedelai di Jawa Timur," terangnya.
Lanjutnya, saat benih telah tersedia, ketiadaan biaya operasional penanaman serta benturan pada tibanya musim tanam padi menjadikan keberadaan benih menjadi sia-sia.
Penelurusan Antara, persoalan tersebut dialami oleh hampir seluruh poktan penerima yang mengindikasikan kegagalan realisasi penanamannya.
Realisasi program tanam kedelai terindikasi gagal
Rabu, 25 April 2018 21:39 WIB 3275
Penyebab kegagalan realisasi program..disebabkan oleh persoalan masif