Lumbanjulu, Sumut, 25/2 (Antara) - Kerusakan jalan lintas Sumatera (Jalinsum) di Sera-sera, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara berpotensi melumpuhkan kegiatan perekonomian di wilayah sekitarnya, akibat macetnya transportasi angkutan darat.
Amblasnya badan jalan yang menghubungkan Kabupaten Simalungun dengan Toba Samosir itu sempat mengakibatkan arus lalu lintas lumpuh total sekitar enam jam pada Rabu (22/2), kata anggota DPRD Toba Samosir, Syamsudin Manurung di Lumbanjulu, Minggu.
Hal ini dikhawatirkan berdampak lebih luas serta berpotensi mengganggu perekonomian masyarakat setempat, katanya.
Akibat rusaknya jalur lintas yang menghubungkan kota Parapat dengan Balige tersebut, para pengguna jaobalan harus menempuh jalur alternatif dari desa Simpang Palang Aek Nauli menuju Nagori Sipangan Bolon Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, yang hanya dapat dilalui kendaraan roda empat jenis kecil.
Sementara kendaraan besar jenis bus dan truk angkutan barang kebutuhan masyarakat yang bertonase berat, pada umumnya menggunakan lintasan jalan dari Sitahoan, tembus hingga ke Simpang Palang dan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun, yang relatif membutuhkan waktu tempuh lebih panjang dengan biaya lebih mahal.
Politisi Partai Hanura itu menyebutkan, berdasarkan teori ekonomi, terbatasnya pasokan bahan yang diperlukan akan berpengaruh terhadap kondisi harga sesuai jumlah permintaan dan penawaran, sehingga Pemerintah perlu mengambil langkah cepat mengatasi masalah yang berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi di wilayah berdekatan.
"Pihak Pemerintah perlu mengambil langkah tepat, dalam mengatasi permasalahan longsornya badan jalan yang membentuk lubang besar berukuran 20 meter dengan kedalaman 50 meter, sekitar lima kilometer dari kota Parapat tersebut, agar tidak berpengaruh terhadap jalannya roda perekonomian di daerah sekitarnya," kata Syamsudin.
Sementara itu, Petugas Pengamat Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Utara, A.Pakpahan menyebutkan, pihaknya sedang melaksanakan pemasangan jembatan penghubung rangka besi (Bailey) di lokasi jalan yang longsor di Sera-sera, guna memperlancar arus lalu lintas sepanjang daerah tersebut.
Menurutnya, dalam waktu sekitar satu minggu, diperkirakan Jembatan portable sepanjang 27 meter yang dirancang mampu menahan beban seberat 15 ton akan selesai dikerjakan, sehingga terputusnya arus transportasi Jalinsum yang menghubungkan Parapat-Balige pada beberapa waktu lalu tidak sampai terulang kembali.
Diakuinya, sepanjang 20 kilometer lintasan jalan alternatif dari Sitahoan hingga ke Simpang Palang, hingga saat ini kondisinya masih memiliki medan cukup berat, karena hanya berupa perkerasan dengan lebar jalan sekitar lima meter.
Memang idealnya jalan alternatif tersebut perlu mendapat perhatian lebih serius dari pihak Pemerintah, dengan penyempurnaan serta pelebaran dan pengaspalan jalan, agar bisa difungsikan secara optimal.
Ditambahkannya, jembatan bailey yang baru dibangun, hanya mampu dilintasi kendaraan berkapsitas 15 ton, sementara truk bermuatan lebih, dengan terpaksa harus melalui badan jalan, yang kondisinya juga sudah cukup memprihatinkan, sehingga akhirnya nanti tentu harus menggunakan lintasan Sitahoan hingga ke Simpang Palang.
"Agar jalur lintas Sitahoan ke Simpang Palang dapat dipergunakan secara optimal, memang membutuhkan penanganan jalan yang perlu disempurnakan berupa pengaspalan dan pelebaran jalan," kata Pakpahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
Amblasnya badan jalan yang menghubungkan Kabupaten Simalungun dengan Toba Samosir itu sempat mengakibatkan arus lalu lintas lumpuh total sekitar enam jam pada Rabu (22/2), kata anggota DPRD Toba Samosir, Syamsudin Manurung di Lumbanjulu, Minggu.
Hal ini dikhawatirkan berdampak lebih luas serta berpotensi mengganggu perekonomian masyarakat setempat, katanya.
Akibat rusaknya jalur lintas yang menghubungkan kota Parapat dengan Balige tersebut, para pengguna jaobalan harus menempuh jalur alternatif dari desa Simpang Palang Aek Nauli menuju Nagori Sipangan Bolon Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, yang hanya dapat dilalui kendaraan roda empat jenis kecil.
Sementara kendaraan besar jenis bus dan truk angkutan barang kebutuhan masyarakat yang bertonase berat, pada umumnya menggunakan lintasan jalan dari Sitahoan, tembus hingga ke Simpang Palang dan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun, yang relatif membutuhkan waktu tempuh lebih panjang dengan biaya lebih mahal.
Politisi Partai Hanura itu menyebutkan, berdasarkan teori ekonomi, terbatasnya pasokan bahan yang diperlukan akan berpengaruh terhadap kondisi harga sesuai jumlah permintaan dan penawaran, sehingga Pemerintah perlu mengambil langkah cepat mengatasi masalah yang berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi di wilayah berdekatan.
"Pihak Pemerintah perlu mengambil langkah tepat, dalam mengatasi permasalahan longsornya badan jalan yang membentuk lubang besar berukuran 20 meter dengan kedalaman 50 meter, sekitar lima kilometer dari kota Parapat tersebut, agar tidak berpengaruh terhadap jalannya roda perekonomian di daerah sekitarnya," kata Syamsudin.
Sementara itu, Petugas Pengamat Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Utara, A.Pakpahan menyebutkan, pihaknya sedang melaksanakan pemasangan jembatan penghubung rangka besi (Bailey) di lokasi jalan yang longsor di Sera-sera, guna memperlancar arus lalu lintas sepanjang daerah tersebut.
Menurutnya, dalam waktu sekitar satu minggu, diperkirakan Jembatan portable sepanjang 27 meter yang dirancang mampu menahan beban seberat 15 ton akan selesai dikerjakan, sehingga terputusnya arus transportasi Jalinsum yang menghubungkan Parapat-Balige pada beberapa waktu lalu tidak sampai terulang kembali.
Diakuinya, sepanjang 20 kilometer lintasan jalan alternatif dari Sitahoan hingga ke Simpang Palang, hingga saat ini kondisinya masih memiliki medan cukup berat, karena hanya berupa perkerasan dengan lebar jalan sekitar lima meter.
Memang idealnya jalan alternatif tersebut perlu mendapat perhatian lebih serius dari pihak Pemerintah, dengan penyempurnaan serta pelebaran dan pengaspalan jalan, agar bisa difungsikan secara optimal.
Ditambahkannya, jembatan bailey yang baru dibangun, hanya mampu dilintasi kendaraan berkapsitas 15 ton, sementara truk bermuatan lebih, dengan terpaksa harus melalui badan jalan, yang kondisinya juga sudah cukup memprihatinkan, sehingga akhirnya nanti tentu harus menggunakan lintasan Sitahoan hingga ke Simpang Palang.
"Agar jalur lintas Sitahoan ke Simpang Palang dapat dipergunakan secara optimal, memang membutuhkan penanganan jalan yang perlu disempurnakan berupa pengaspalan dan pelebaran jalan," kata Pakpahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013