PT Mineral Industri Indonesia/MIND ID (Persero) menyatakan, bahwa pengoperasian Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 merupakan pencapaian penting sektor pertambangan mineral Indonesia.
"Grup MIND ID melakukan integrasi sektor hulu hingga hilir, sehingga memberikan peningkatan nilai tambah dan kontribusi yang optimal bagi ekonomi Indonesia," ucap Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso dalam keterangan tertulis, di Medan, Sabtu (28/9).
Setelah pengoperasian penuh SGAR Fase 1, di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat ini, lanjut dia, maka Grup MIND ID segera melanjutkan dengan pembangunan SGAR Fase 2.
Grup MIND ID saat ini memiliki izin lahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi alumina, dan sekaligus pembangunan smelter pengolahan aluminium.
Presiden Joko Widodo meresmikan injeksi bauksit perdana SGAR Fase 1 milik PT Borneo Alumina Indonesia, di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (24/9).
"Desain SGAR Fase 1 memiliki luas 100 hektare, dan kami masih memiliki 500 hektare untuk SGAR Fase 2. Itu nanti ada smelter aluminium, sehingga daya saing semakin meningkat," tutur Hendi.
Pihaknya menyampaikan, bahwa SGAR memiliki dampak positif berkelanjutan bagi ekonomi, dan sekaligus sosial lingkungan di daerah operasional.
Momentum pembangunan infrastruktur pabrik dan operasional ini mampu menyerap para tenaga kerja serta menggerakkan ekonomi pada sektor terkait.
Operasional pertambangan dan industri yang dijalankan ini dengan prinsip berkelanjutan, sehingga dampak sosial dan lingkungan dapat dimitigasi dan dikurangi.
"SGAR ini proyek kebanggaan sebagai penggerak masa depan. Tentunya semua operasional dijaga sesuai standar sustainable mining, sehingga memberikan dampak positif optimal dalam jangka panjang," jelas Hendi.
Presiden Joko Widodo saat meresmikan injeksi bauksit perdana ke SGAR Fase 1 ini menyebutkan, bahwa proses pengerjaan dan penyelesaian proyek ini merupakan suatu perjuangan bangsa.
"Ini adalah perjuangan yang tidak mudah. Saya tahu sempat terganggu, tapi semangat dan visi yang kuat hari ini bisa kita selesaikan. Ini merupakan jejak-jejak industrialisasi negara kita Indonesia," katanya.
Presiden juga menyampaikan, bahwa kebutuhan aluminium Indonesia mencapai sekitar 1,2 juta ton, 56 persen di antaranya berasal dari produk impor.
Melalui SGAR ini akan berpotensi menghentikan masuknya aluminium impor 56 persen itu, dan membantu pemerintah menghemat devisa sekitar 3,5 miliar dollar AS setiap tahunnya.
"Saya senang ekosistem hulu hilir industri aluminium yang terintegrasi betul-betul telah selesai fase I. Bahan baku dari Tayan ditarik ke Mempawah menjadi alumina, lalu dikirim melalui Kijing ke Kuala Tanjung dan diolah Inalum (PT Indonesia Asahan Aluminium)," ucap Presiden Jokowi.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024