PT Agincourt Resources, pengelola tambang emas Martabe, menjadi salah satu pendukung seminar nasional ESG bertema "Selamatkan Planet Bumi melalui Penerapan Prinsip ESG" dalam rangkaian Hari Pers Nasional 2024 di DKI Jakarta, Minggu (18/2).

Seminar tersebut diisi oleh Ketua Bidang Kerja Sama dan Kemitraan PWI Pusat, M.Sarwani, dengan pembicara kunci Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari KLH, Agus Justianto.

Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara, Myrna A.Safitri dalam paparannya mengatakan bahwa salah satu key performance indicators (KPI) IKN yakni mendesain sesuai kondisi alam, yakni lebih dari 75 persen dari 256.000 hektar area untuk ruang hijau dengan cakupan 65 persen area dilindungi, dan 10 persen produksi makanan.

Kemudian, 100 persen penduduk dapat mengakses ruang hijau rekreasi dalam 10 menit, serta 100 persen penggantian ruang hijau untuk setiap bangunan bertingkat institusional, komersial dan hunian berupa bangunan lebih dari 4 lantai.

KPI lainnya yaitu rendah emisi karbon, dengan rincian instalasi kapasitas energi terbarukan akan memenuhi 100 persen kebutuhan energi IKN, 60 persen penghematan energi untuk konservasi energi dalam gedung, dan net zero emission untuk IKN (saat beroperasi) di 2045 di kawasan 256.000 hektar.

Selain itu, kata Myrna, ada KPI sirkuler dan tangguh yang mencakup lebih dari 10 persen dari lahan 256.000 hektar tersedia untuk kebutuhan produksi pangan, 60 persen daur ulang timbunan limbah padat di tahun 2045, dan 100 persen air limbah akan diolah melalui sistem pengolahan pada tahun 2035 nanti.

Myrna juga menyatakan saat ini Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) sedang menyiapkan kerangka kebijakan ESG antara lain, kebijakan umum ESG, ESG management system  dan guidelines, pedoman teknis yakni risiko dan dampak LH, polusi, konversi hutan, keanekaragaman hayati, perubahan iklim, masyarakat adat dan lokal, tenaga kerja, kesehatan dan keselamatan masyarakat, warisan budaya, partisipasi.

Sementara itu menurut Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional SDGs Kementerian PPN/Bappenas, Yanuar Nugroho, unsur environment (E) pada ESG ingin agar seluruh aktivitas manusia memikirkan dampak lingkungan dan mengadopsi keberlanjutan.

Unsur Social (S) pada ESG bertujuan memastikan agar setiap entitas memelihara relasi denagn pengaruh kepentingannya. Sedangkan unsur Governance (G) pada ESG bertujuan mengajak atau mendorong agar setiap entitas ketika beraktivitas menjalankan prinsip tata Kelola.

Guru Besar Tetap Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor selaku Tenaga Ahli PT Agincourt Resources, Prof Dr Ir Nampiah menyampaikan paparan bertema "Peran Mikoriza Dalam Pembentukan Stok Karbon di Daratan untuk Mengurangi Efek Pemanasan Global".

Nampiah menjelaskan, Mikoriza berasal dari bahasa Yunani mukus yang berati cendawan (fungus), dan rhiza adalah akar (root). Mikoriza menjadi kunci penghubung dari sumber karbon yang tinggi di bawah tanah (below-ground) menuju rantai makanan yang terjadi di atas tanah (above-ground).

Mikoriza juga berperan penting dalam penurunan CO2 di atmosfer melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan inangnya.

Masih menurut Nampiah, manfaat mikoriza terhadap reklamasi lahan bekas tambang dan keberlanjutan ekosistem hutan yaitu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, meningkatkan kelangsungan hidup dan keanekaragaman tumbuhan.

Kemudian meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik, mengurangi kebutuhan pupuk dan irigasi, jaringan miselium yakni komunikasi tumbuhan, mencegah kerusakan dari logam berat dan polutan lainnya, dan berkontribusi terhadap penyerapan karbon.

Cendawan mikoriza penting digunakan untuk menciptakan lingkungan kehutanan yang sehat dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Tanaman lokal yang telah disuntikkan mikoriza di area reklamasi PTAR antara lain mahang, simarbaliding, tampu gajah, sanduduk, durian, jottik-jottik, sengon, dan waru," sebut Nampiah.

Senior Forest Campaigner Greenpeace Indonesia, Syahrul Fitra dalam paparan bertema "Investasi dan Bisnis Berkelanjutan?" mengungkap bahwa ESG berbeda dengan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan.

Keberlanjutan, kata Fitra, adalah cara masyarakat memenuhi kebutuhannya tanpa membebani lingkungan atau melemahkan masyarakat. Sedangkan tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR adalah kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat tanpa hubungan langsung dengan barang atau jasa mereka, dan kemudian mengkomunikasikan kegiatan tersebut.

Pewarta: Yan Aswika

Editor : Michael Teguh Adiputra S


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024