PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Regional I Belawan menyatakan bahwa koordinasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk Kantor Kesyahbandaran Utama (KSU) Belawan dan Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Belawan, menjadi kunci saat menerima kedatangan kapal pesiar di Pelabuhan Belawan, Medan.
"Kami harus berkoordinasi agar dapat memberikan pelayanan maksimal," ujar General Manager Pelindo Regional I Belawan Jonedi Ramli kepada ANTARA di Medan, Senin.
Jonedi melanjutkan, pihaknya tidak bisa menerima begitu saja kapal pesiar yang datang dari luar negeri karena memiliki spesifikasi berbeda dibandingkan kapal penumpang Pelni yang biasa berlabuh di Belawan terutama KM Kelud.
Kapal pesiar, dia menambahkan, pada umumnya memiliki ukuran yang lebih panjang dan bobot yang lebih besar dibandingkan kapal Pelni.
Itu membuat Pelindo mesti mendiskusikan dengan pemangku kepentingan lain soal solusi terbaik saat kapal pesiar memutuskan berhenti di Pelabuhan Belawan.
"Misalnya, kami harus mengatur agar tempat kapalnya berlabuh memiliki kedalaman air yang cukup dan lebih luas," tutur Jonedi.
Pelindo Regional I Belawan, dia menegaskan, sejatinya tidak memiliki tugas untuk menerima kedatangan kapal pesiar.
Hal itu tidak seperti di wilayah kerja PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Regional III yang memiliki pelabuhan untuk kapal pesiar yakni Pelabuhan Benoa di Bali.
"Di Belawan belum ada fasilitas yang khusus untuk kapal pesiar," kata Jonedi.
Pada tahun 2023, setidak-tidaknya ada dua kali kedatangan kapal pesiar di Pelabuhan Belawan yakni MS Amera pada Januari dan MS Amadea pada April. Kedua kapal tersebut berbendera Bahamas.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023