Pengamat ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara Gunawan Benjamin meminta pemerintah mengkaji serius kondisi ekonomi sebelum dan saat Lebaran 2023 dalam kaitannya dengan ancaman resesi global.

"Lebaran harus menjadi kajian pemerintah agar memetakan masalah dan mengeluarkan kebijakan untuk memitigasi kemungkinan dampak buruk resesi global," ujar Gunawan dalam pesannya kepada ANTARA di Medan, Rabu.

Menurut dia, pada masa Ramadhan dan Lebaran 2023 terjadi situasi tidak biasa yakni terjadi penurunan harga beberapa komoditas pangan tetapi tidak diiringi peningkatan permintaan.

Hal itu diyakini Gunawan menunjukkan penurunan daya beli masyarakat. Keramaian yang terjadi saat Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah dinilainya tidak berpengaruh pada peningkatan konsumsi.
Dia menduga, persoalan tersebut hadir lantaran pengaruh dari lesunya perdagangan global.

"Akar masalah ini semua adalah dampak dari resesi ekonomi global yang akan menghantam banyak negara di dunia, juga negara maju, yang dampaknya (spillover) terasa di Tanah Air," tutur Gunawan.

Dia pun memprediksi perekonomian Indonesia akan tumbuh meski melambat pada tahun 2023, begitu pula di tingkat provinsi termasuk Sumatera Utara.

Sumut, Gunawan melanjutkan, diprediksi merasakan pertumbuhan ekonomi 3,2 persen-empat persen pada tahun 2023.

Persentase itu lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi tahun 202 yakni 4,73 persen.

"Maka saya berkesimpulan bahwa perayaan Lebaran 2023 akan dilakukan dengan lebih sederhana dibandingkan tahun sebelumnya atau sebelum pandemi COVID-19. Mobilitas dan keramaian masyarakat akan tetap terlihat karena silaturahmi, tetapi tidak akan disertai lompatan konsumsi atau belanja masyarakat yang lebih tinggi dari tahun 2022," kata Gunawan.
 

Pewarta: Michael Siahaan

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023