Peternak sapi perah masih memerlukan dukungan serius untuk bangkit pasca mewabahnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Alih alih merasakan manisnya produksi susu, peternak masih harus memutar otak, agar ternak mereka segera pulih pasca serangan PMK.
"Bisa diibaratkan, peternak sapi perah saat ini masih menangis di sudut kandang ternak mereka. Bukan hanya yang ternaknya mati, yang sapi perahnya bertahan hidup pun sama pahitnya," kata Guru Besar Fak Peternakan UGM, Prof Dr Ir Ali Agus, DAA., DEA, terkait nasib peternak sapi khususnya sapi perah pasca meluasnya kasus PMK di Indonesia, tidak terkecuali di Yogyakarta.
Kendati penularan PMK sudah mulai terkendali, bukan berarti persoalan terkait dengan wabah PMK selesai. Upaya pemulihan dari aspek ekonomi peternak justru lebih sulit. Sapi perah yang selamat dari kematian, sampai saat ini belum bisa berproduksi dengan normal. Akibatnya, peternak harus menanggung pengeluaran rutin untuk pakan dan perawatan, tapi belum bisa menikmati hasil berupa susu.
Guna membantu peternak khususnya sapi perah, Ali mendorong Pemerintah dan kalangan swasta agar memberikan perhatian serius terhadap hal tersebut. Penanganan yang komprehensif dan segera, diharapkan masih bisa menyelamatkan ekonomi peternakan sapi perah dari dampak negatif paparan PMK.
"Saya berharap pemerintah dan swasta memberikan perhatian serius terkait persoalan ini. Mereka bisa saja mengarahkan dana CSR misalnya, untuk membantu pemulihan segera dunia peternakan, khususnya sapi perah," lanjutnya.
Sejatinya sejumlah perusahaan telah melakukan sejumlah upaya untuk membantu peternak. Salah satu perusahaan swasta yang memiliki perhatian besar terhadap ekonomi peternak sapi perah pasca wabah PMK adalah Yili Indonesia, anak perusahaan Yili Group di Indonesia yang memproduksi es krim Joyday dan telah mendistribusikan produknya di lebih dari 26 provinsi di Indonesia.
Perwakilan Manajemen Yili Grup sekaligus Presiden Direktur Yili Indonesia Dairy, Yu Miao mengatakan sebagai perusahaan yang membangun pabrik es krim terbesar di Indonesia, perseroan memiliki komitmen kuat untuk mendukung terwujudnya ketahanan dan kedaulatan pangan.
Hal ini salah satunya diwujudkan dengan memberikan bantuan kepada para peternak sapi perah di Sleman-Yogyakarta dalam bentuk penyediaan pakan dan kesehatan hewan ternak termasuk penanggulangan penyakit mulut dan kuku.
Pemberian bantuan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Sherpa Meeting III yang dilangsungkan di Yogyakarta akhir September 2022 lalu.
Pemberdayaan kepada peternak sapi perah yang tergabung dalam Koperasi “Susu Merapi Sejahtera” (Samesta) diantaranya dengan memberikan bantuan penyediaan pakan konsentrat dan mineral booster yang sangat berguna bagi para peternak di tengah wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK).
Dengan bantuan ini diharapkan kualitas susu yang dihasilkan dapat menjadi lebih baik sesuai dengan standar yang berlaku dan pada akhirnya berkontribusi dalam pengembangan ekonomi peternak yang lebih baik. Semangat dalam menghasilkan produk yang berkualitas ini sejalan dengan core value Yili yang senantiasa menghasilkan produk yang berkualitas.
Kabupaten Sleman,Yogyakarta, dikenal memiliki ratusan peternak sapi perah yang diantaranya tergabung dalam Koperasi Samesta. Anggota koperasi ini memiliki sapi lebih dari 600 ekor dengan produksi 2.500 liter susu per hari.
"Kami sangat berterima kasih atas bantuan dari Yili Indonesia. Bantuan ini sangat bermanfaat untuk para peternak terlebih pasca merebaknya penyakitnya mulut dan kuku,” tutur Ketua Koperasi Samesta, Ruslan.
Sebagai perusahaan yang bergerak di industri pengolahan susu dengan investasi jumbo sebesar Rp 2 triliun, Yili Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mendukung peternak sapi perah dan peningkatan produksi susu di Indonesia.
Perseroan juga telah bekerja sama dengan banyak penyedia susu lokal di Indonesia. Yili Indonesia juga selalu berkomitmen terhadap kualitas produk-produknya sesuai dengan standar keamanan pangan nasional dan internasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
"Bisa diibaratkan, peternak sapi perah saat ini masih menangis di sudut kandang ternak mereka. Bukan hanya yang ternaknya mati, yang sapi perahnya bertahan hidup pun sama pahitnya," kata Guru Besar Fak Peternakan UGM, Prof Dr Ir Ali Agus, DAA., DEA, terkait nasib peternak sapi khususnya sapi perah pasca meluasnya kasus PMK di Indonesia, tidak terkecuali di Yogyakarta.
Kendati penularan PMK sudah mulai terkendali, bukan berarti persoalan terkait dengan wabah PMK selesai. Upaya pemulihan dari aspek ekonomi peternak justru lebih sulit. Sapi perah yang selamat dari kematian, sampai saat ini belum bisa berproduksi dengan normal. Akibatnya, peternak harus menanggung pengeluaran rutin untuk pakan dan perawatan, tapi belum bisa menikmati hasil berupa susu.
Guna membantu peternak khususnya sapi perah, Ali mendorong Pemerintah dan kalangan swasta agar memberikan perhatian serius terhadap hal tersebut. Penanganan yang komprehensif dan segera, diharapkan masih bisa menyelamatkan ekonomi peternakan sapi perah dari dampak negatif paparan PMK.
"Saya berharap pemerintah dan swasta memberikan perhatian serius terkait persoalan ini. Mereka bisa saja mengarahkan dana CSR misalnya, untuk membantu pemulihan segera dunia peternakan, khususnya sapi perah," lanjutnya.
Sejatinya sejumlah perusahaan telah melakukan sejumlah upaya untuk membantu peternak. Salah satu perusahaan swasta yang memiliki perhatian besar terhadap ekonomi peternak sapi perah pasca wabah PMK adalah Yili Indonesia, anak perusahaan Yili Group di Indonesia yang memproduksi es krim Joyday dan telah mendistribusikan produknya di lebih dari 26 provinsi di Indonesia.
Perwakilan Manajemen Yili Grup sekaligus Presiden Direktur Yili Indonesia Dairy, Yu Miao mengatakan sebagai perusahaan yang membangun pabrik es krim terbesar di Indonesia, perseroan memiliki komitmen kuat untuk mendukung terwujudnya ketahanan dan kedaulatan pangan.
Hal ini salah satunya diwujudkan dengan memberikan bantuan kepada para peternak sapi perah di Sleman-Yogyakarta dalam bentuk penyediaan pakan dan kesehatan hewan ternak termasuk penanggulangan penyakit mulut dan kuku.
Pemberian bantuan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Sherpa Meeting III yang dilangsungkan di Yogyakarta akhir September 2022 lalu.
Pemberdayaan kepada peternak sapi perah yang tergabung dalam Koperasi “Susu Merapi Sejahtera” (Samesta) diantaranya dengan memberikan bantuan penyediaan pakan konsentrat dan mineral booster yang sangat berguna bagi para peternak di tengah wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK).
Dengan bantuan ini diharapkan kualitas susu yang dihasilkan dapat menjadi lebih baik sesuai dengan standar yang berlaku dan pada akhirnya berkontribusi dalam pengembangan ekonomi peternak yang lebih baik. Semangat dalam menghasilkan produk yang berkualitas ini sejalan dengan core value Yili yang senantiasa menghasilkan produk yang berkualitas.
Kabupaten Sleman,Yogyakarta, dikenal memiliki ratusan peternak sapi perah yang diantaranya tergabung dalam Koperasi Samesta. Anggota koperasi ini memiliki sapi lebih dari 600 ekor dengan produksi 2.500 liter susu per hari.
"Kami sangat berterima kasih atas bantuan dari Yili Indonesia. Bantuan ini sangat bermanfaat untuk para peternak terlebih pasca merebaknya penyakitnya mulut dan kuku,” tutur Ketua Koperasi Samesta, Ruslan.
Sebagai perusahaan yang bergerak di industri pengolahan susu dengan investasi jumbo sebesar Rp 2 triliun, Yili Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mendukung peternak sapi perah dan peningkatan produksi susu di Indonesia.
Perseroan juga telah bekerja sama dengan banyak penyedia susu lokal di Indonesia. Yili Indonesia juga selalu berkomitmen terhadap kualitas produk-produknya sesuai dengan standar keamanan pangan nasional dan internasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022