Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan salah satu tugas universitas adalah untuk mengajak mahasiswa melakukan hal-hal baru, tidak hanya kegiatan monoton.

"Oleh sebab itu tugas universitas, tugas perguruan tinggi harus mengajak dan jangan membiarkan mahasiswa rutinitas, monoton, tidak berani mencoba hal-hal baru," kata Presiden Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/10), saat memberikan pengarahan kepada peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXII dan Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXIII Tahun 2021 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI.

"Dan harus didorong mahasiswa untuk belajar di mana saja dengan siapa saja, tidak harus dengan para dosen, porsinya bisa diatur 30 atau 50 persen, tapi harus berani kita mulai," ujar Presiden.

Baca juga: Presiden: Indonesia harus berani tidak ekspor bahan mentah minerba

Presiden Jokowi mencontohkan untuk menempatkan mahasiswa di perusahaan teknologi, agar mahasiswa belajar "hyperloop", "space act", "advanced robotics" karena kecepatan perubahan teknologi sangat cepat.

"Oleh sebab itu yang namanya SDM harus betul-betul jadi 'concern' kita, pendidikan tinggi, pendidikan tingi kita harus memfasilitasi mengembangkan talentanya, jangan dipagari oleh program-program studi yang justru membelenggu karena semuanya akan 'hybrid', 'hybrid knowledge', 'hybrid skill'," ungkap Presiden.

Artinya mahasiswa tidak hanya paham satu bidang, tapi juga berbagai bidang seperti matematika, ilmu komputer hingga bahasa.

"Bahasa bukan bahasa Inggris saja, tapi bahasa 'coding' penting ke depan karena ke depan banyak pekerjaan yang hilang tapi juga muncul pekerjaan-pekerjaan baru, sekarang para pemilik mal mengelola sendiri uangnya dengan 'e-Payment', 'credit assesor' berubah jadi fintech, penerjemah akan hilang karena ada aplikasi 'translation', insinyur-insinyur bisa diganti hati-hati dengan 'advanced robotics'," kata Presiden lagi.

Presiden Jokowi pun mengajak agar perguruan tinggi dan mahasiswa siap untuk menghadapi perubahan dan "hybrid skill".

"Dokter sekarang sudah terjadi bukan hanya urusan obat dan lainnya, tapi juga harus mengerti urusan 'robotic' karena 'surgery' saat ini bisa dilakukan dengan 'advanced robotics' dan jarak jauh. Perkembangan-perkembangan seperti ini kalau tidak kita segera antisipasi, bisa tertinggal kita," kata Presiden.

Guru dan dosen juga diminta untuk tidak lagi mengajarkan ilmu yang usang.

"Mohon maaf, ilmu 20-30 tahun lalu masih diajarkan, saya sudah sampaikan forum para rektor mengenai hal ini, harus ada perubahan-perubahan secara fundamental dan cepat untuk mengantisipasi perubahan-perubahan. Jangan kaget kita menyampaikan sebuah ilmu pengetahuan di semester ini dianggap sangat baru tapi semester berikutnya tidak terpakai, sudah usang," kata Presiden.

Dalam acara tersebut Lemhannas juga menyerahkan hasil kajian berjudul "Hilirisasi Mineral Strategis dan Logam Tanah Jarang Guna Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional".

Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXII diikuti oleh 80 orang yang terdiri dari pejabat TNI/Polri setingkat eselon 2 dan 3 sebanyak 49 orang, dan 31 orang berasal dari Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, kementerian, pemerintah provinsi, Kadin, DPD, parpol, dan organisasi masyarakat. PPRA LXII diselenggarakan pada 26 Januari - 31 Agustus 2021.

Sedangkan Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXIII diselenggarakan pada 14 April - 14 Oktober 2021 yang diikuti oleh 60 orang peserta terdiri dari pejabat senior terpilih setingkat eselon 1 dan 2 dari TNI/Polri sebanyak 36 orang, dan 24 orang berasal dari MPR RI, kementerian/lembaga, pemerintah provinsi, parpol, dan organisasi masyarakat.

Pewarta: Desca Lidya Natalia

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021