Sabtu (26/6), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengabarkan vaksinasi harian COVID-19 mencapai angka 1,31 juta dosis. Cita-cita untuk mampu memvaksinasi satu juta dosis per hari tercapai sudah untuk pertama kalinya.
 

Pada hari itu, lebih dari 27 juta orang telah mendapatkan vaksin COVID-19 dosis pertama, dan lebih dari 13 juta lainnya telah melakukan vaksinasi dosis kedua. Begitu pemerintah mulai membuka akses vaksinasi untuk masyarakat umum, kenaikan angkanya begitu pesat.

Capaian vaksinasi 1,31 juta dalam satu hari tersebut menggambarkan rakyat Indonesia yang memilih untuk lebih cepat menyudahi kuasa severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang telah menaklukkan dunia manusia sejak akhir 2019 lalu.
 

Semangat itu lah yang perlu dijaga, agar target selanjutnya, yakni mencapai kekebalan komunal atau herd immunity dengan memberikan vaksin COVID-19 kepada 70 persen populasi atau 181.554.465 penduduk Indonesia dapat tercapai di kuartal pertama 2022.

Baca juga: Vaksinasi COVID-19 bagi anak 12-17 tahun segera dimulai

Kejadian berkerumun dan antrian panjang di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GLBA), Kota Bandung, Kamis (17/6), yang berujung permintaan maaf Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjadi catatan dan pelajaran penting bagi pelaksanaan vaksinasi massal di seluruh Indonesia ke depan.

Bahwa ada yang perlu dievaluasi dan sepakati perihal disiplin menaati protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak) di setiap lokasi vaksinasi terlebih dalam kondisi angka penularan yang meningkat. Apapun itu, panitia vaksinasi massal tentu harus pandai memanfaatkan ruang yang ada untuk menyediakan fasilitas yang memudahkan calon penerima vaksin COVID-19 menjaga jarak.

Pekerjaan yang tidak gampang, namun mau tidak mau harus dilakukan sebagai bentuk antisipasi penyebaran pesat varian-varian SARS-CoV-2. Dan tentu saja masyarakat juga punya peran sangat besar untuk memastikan agar 3M itu berjalan dengan baik.

Untuk menjaga mood baik masyarakat yang ingin segera mendapat vaksin COVID-19, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan tentu perlu semakin mempermudah akses masyarakat memperoleh vaksin di seluruh wilayah Indonesia. Memastikan jumlah tenaga kesehatan hingga relawan yang andal tentu juga menjadi perhitungan untuk percepatan program vaksinasi tersebut.
 

Kesertaan TNI/Polri memberikan layanan vaksinasi, sistem door to door yang dilaksanakan dinas kesehatan di sejumlah kabupaten/kota di Pulau Jawa, peran puskesmas dan pelibatan kader kesehatan hingga ke level rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW), beroperasinya pusat-pusat vaksinasi BUMN di beberapa daerah, pelaksanaan vaksin gotong royong oleh perusahaan, hingga perguruan tinggi negeri maupun swasta yang kini mulai banyak melayani vaksinasi untuk mahasiswa maupun umum semakin mempercepat capaian target vaksinasi COVID-19.
 

Akses mudah vaksinasi COVID-19 bagi masyarakat itu lah yang perlu semakin diperluas ke berbagai penjuru Tanah Air. Sisanya, tinggal bagaimana pemerintah memastikan ketersediaan sisa dosis vaksin yang diperlukan untuk mencapai herd immunity, baik itu impor dari luar negeri maupun mendorong percepatan penyelesaian pengembangan vaksin di dalam negeri.
 

Berdasarkan data vaksinasi COVID-19 yang dikumpulkan Our World in Data, sejak 2 Desember 2020 hingga 26 Juni 2021, total 29,2 miliar dosis vaksin sudah diberikan pada sekitar 22,6 persen penduduk dunia. Asia menjadi benua yang terbanyak telah mendapatkan vaksin tersebut, mencapai 1,78 milar dosis dengan China yang sudah pasti memimpin dengan segala askes vaksinnya.
 

Sudah ada 1,17 miliar dosis vaksin COVID-19 yang diterima penduduk China, selanjutnya diikuti India yang mencapai 314,84 juta dosis vaksin, Turki mencapai 47,08 juta dosis, lalu Indonesia yang mencapai 39,05 juta dosis, dan Jepang yang mencapai 37,21 juta dosis vaksin.
 


Jegal mutasi SAR-COV-2
 

Dalam seminggu terakhir, data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menunjukkan angka kasus meningkat. Kambing hitam peningkatan cepat itu tentu varian baru dari SARS-CoV-2, terutama varian Delta yang merupakan mutan SARS-CoV-2 yang berasal dari India. Dengan cepat kasus terkonfirmasi menembus angkat dua juta.
 

Mati-matian penularan coba ditahan dengan melarang masyarakat untuk mudik, dan masa inkubasi penularan kasus COVID-19 dari periode hari besar itu sebenarnya telah dapat dilewati dengan angka kasus yang dapat ditekan.
 

Namun tampaknya virus varian baru dari India yang kadung masuk sudah merasa nyaman di Indonesia.

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Buadiarto menyebut lonjakan kasus akhir-akhir ini bukan dari klaster hari raya, melainkan varian baru yang lebih cepat menular.
 

Evaluasi menjadi perlu ada pada kebijakan karantina bagi pelaku perjalanan internasional yang hanya wajib menjalankan karantina terpusat selama 5x24 jam sambil menunggu tes ulang RT-PCR, lalu dilanjutkan dengan kebijakan bersifat anjuran untuk melaksanakan isolasi mandiri selama 14 hari seperti yang tertuang dalam Surat Edaran Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 8 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
 

Tanpa pengawasan ketat tentu isolasi mandiri yang bersifat anjuran tersebut hanya akan sia-sia di tengah tingkat kesadaran masyarakat masih rendah untuk konsisten menjalankan 5M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan menghindari keluar rumah bila tidak penting.


Kebijakan tersebut tentu menjadi lebih longgar jika dibandingkan negara lain yang rata-rata mewajibkan karantina selama 14 hari bagi warga negara asing maupun warga negara sendiri yang hendak masuk ke negaranya guna mencegah kasus impor. Perbandingan itu menjadi semakin jauh dengan China yang menerapkan karantina "14+7+7" bagi warga negara asing yang hendak masuk wilayahnya.
 

Mereka harus menjalani skema karantina dan isolasi selama sebulan tersebut yang sudah diterapkan di banyak provinsi dan kota, yakni 14 hari di hotel, tujuh hari di rumah dan tujuh hari pemantauan kesehatan. Kota Nanjing dan Provinsi Heilongjiang justru menerapkan 14 hari karantina dan 14 hari isolasi di rumah.
 

Seperti kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio, tidak ada "nawaitu" SARS-CoV-2 untuk menjadi ganas menginfeksi manusia. Karena sebenarnya mereka hanya bertahan hidup, mencari tempat ternyaman untuk melakukan replikasi atau memperbanyak diri.
 

Sambil memperbanyak diri di tempat yang nyaman itu mereka mengubah bentuk, kualitas atau sifat lainnya sehingga menjadi mutan. Itu akan terus terjadi selama mereka dapat bereplikasi dengan nyaman di satu lingkungan.
 

Karenanya sangat penting mencari cara agar virus-virus zoonosis tersebut merasa tidak nyaman untuk bereplikasi dan akhirnya menyingkir dengan sendirinya. Vaksinasi COVID-19 untuk memunculkan antibodi menjadi salah satu cara menjegal virus bereplikasi dengan nyaman dalam tubuh seseorang.
 

Meski vaksin yang dikembangkan di dunia saat ini belum ada yang secara khusus bertujuan untuk memutus transmisi virus, hanya sebagai booster memunculkan antibodi seseorang sehingga meningkatkan imunitas terhadap SARS-CoV-2, namun dapat membantu menekan fatalitas infeksi COVID-19.

Harapannya fasilitas kesehatan tidak membludak, dan menurunkan angka kematian.
 

Karenanya, cepatnya varian Delta menginfeksi perlu diimbangi dengan disiplin tinggi masyarakat untuk benar-benar mengurangi mobilitasnya untuk saat ini, sehingga tidak ada kesempatan virus yang sedang menginfeksi seseorang di sekitarnya "berpindah" pada dirinya. Disiplin menahan diri tidak melalukan mobilitas yang tidak perlu itu tentu harus ada di diri masing-masing masyarakat.
 

Selanjutnya, harapannya kecepatan vaksinasi untuk mencapai herd immunity dapat melampaui kemampuan berlipat ganda varian-varian baru virus corona tipe baru yang menyebar di berbagai wilayah di Pulau Jawa dan Madura.

Menurut Prof Amin, dari hampir 2.000 hasil whole genom squencing virus SARS-CoV-2 yang ada saat ini belum mengindikasikan adanya dominasi varian baru tersebut di Indonesia. Jadi, ini kesempatan untuk menghentikan mutasi dari virus yang sudah ada, dan segera melengserkan status pandemi.
 

Maka, cepat ambil kesempatan vaksinasi COVID-19 yang datang. Jangan lepas kesempatan bersama-sama untuk menjegal mutasi SARS-CoV-2 di Indonesia.
 

Pewarta: Virna P Setyorini

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021