Sore itu jarum arloji di tangan menunjukkan pukul 15 lewat 30 WIB. Suasana langit sedikit gelap seakan mau datang hujan. Seorang pria di atas kerambah jaring apung (KJA) terlihat asik menabur pelet memberi makan ikan-ikannya. Belakangan diketahui Bernama Muhammad Nur Batubara (39).

Sebenarnya, tidak banyak yang tahu bahkan tidak mau tahu menahu sama sekali usaha budidaya Ikan Nila Gift di kelola Muhammad Nur Batubara (39) yang kembali dirintisnya tahun 2014 ini, setelah 2012 usaha yang sama dihentikannya dari Danau Siais.



Usahanya suami tercinta Rahmidan boru Panjaitan ini berlokasi di Desa Sampean Pahae Aek Sagala, Sipirok, Tapanuli Selatan. Jarak tempuhnya lebih kurang 5 kilometer dari Pasar Sipirok. Kendaraan roda dua atau empat cukup menuju lokasi. Kecuali hujan kendaraan 4x4, sebab sebagian badan jalannya licin.

Lebih tiga kilometer panjang ruas jalan beraspal yang kini butuh perhatian tambah ruas jalan tanah diantara hamparan kebun- kebun kopi luas dan Desa Ramba Sihasur menjadi pemandangan menarik sepanjang jalan dilalui menuju lokasi. Waktunya sebentar, setengah jam kita sudah sampai ke lokasi dituju. 

Baca juga: Di Tapsel, kasus meninggal, sembuh dan positif COVID-19 sama-sama bertambah

Saat ini usaha budidaya perikanan Nur Batubara berjalan sukses. Artinya mampu menutupi kebutuhan akan ikan air tawar sejumlah wilayah seperti Tapanuli Selatan (Sipirok,  SD. Hole) bahkan Simangumban, Siborong-borong (Tapanuli Utara).

"Dalam per minggu saya baru mampu menutupi tingkat pelanggan (pengecer) lebih kurang 1 Ton ( 2 - 4 ekor/kg)," katanya memulai pembicaraan lebih dalam dengan ANTARA, Minggu (20/6) sambil memberi makan ikan-ikannya. 

Hasil ikan sebanyak itu, kata dia, berkat budidaya KJA secara mandiri dari atas kolam seluas sekitar tiga (3) hektare (ha) dari luasan lahan lebih kurang 10 ha di Desa Sampean Pahae Aek Sagala, Sipirok.

Saat ini baru ada 23 petak KJA berukuran 6m x 12m miliknya (1 petak kapasitas 5ooo bibit ikan) yang terapung dengan menggunakan alat-alat seperti drum plastik terikat pada rangka-rangka besi panjang di atas kolam memiliki kedalaman 6-8 meter itu. 

Dia memakai teknik, untuk kebutuhan oksigen dalam proses pembesaran bibit-bibit ikan dengan memanfaatkan gravitasi agar air tanpa bantuan pompa dapat mengalir melalui pipa dibentuk dari terpal tebal sehingga berbentuk silinder, dan dari ujung-ujung pipa terpancar derasnya air ke masing-masing petak KJA. 

Bahkan pada sisi buangan air kolam (pintu air)  secara teknologi dia manfaatkan menjadi sumber energi listrik berkapasitas 10.000 Watt menggunakan mesin listrik (dinamo) yang di putar oleh kincir air.
 
Muhammad Nur Batubara menunjukkan ikan nila seberat lebih 2 kg yang dibudidayakannya di Kerambah Jaring Apung di Desa Sampean, Sipirok, Tapsel, Minggu (20/6) (ANTARA/Kodir)

Julukan Ikan Nila "Raja Inal"

Bekal pengalaman, kegagalan dan kemauan serta kerja keras adalah modal utama Nur Batubara mengembangkan usaha ikannya. Pendidikannya sebatas SMA tak pernah menduduki bangku kuliah, tetapi otaknya "profesor" soal budidaya Ikan Nila khususnya.

Pada tahun 2002 silam, pertama kali ayah empat orang anak ini mulai merintis budidaya ikan nila gift memilih lokasi di Danau Siais, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun hingga tahun 2012.

Alasan menghentikan paksa usahanya itu mengingat akses jalan semakin parah. Beberapa kali angkutan yang mengangkut ikan hasil panennya terjungkal, dan mengakibatkan berton-ton ikan yang hendak ia jual ke luar dari Danau Siais mati sia-sia (merugi total) saat itu. 

Bermodalkan 10 tahun pengalaman buruk dan berharga selama di Danau Siais itu lah membangkitkan semangat usahanya membudidayakan Ikan Nila di Desa Sampean, Sipirok yang dirintis kembali di tahun 2014 lalu. 

Semua peralatan KJA yang 23 petak dibongkar  dari Danau Siais dan dipindahkan ke "Danau" miliknya di Sampean Pahae Aek Sagala, Sipirok yang ia bangun dengan modal sendiri. Termasuk Indukan Ikan Nila seberat 3,5 kg yang dia dapat dari Danau Siais. 

Ternyata, sejarahnya Induk ikan nila gift yang ditangkap dan dibawa dulunya yang ditabur alm Raja Inal Siregar saat menjabat Gubernur Sumut di Danau Siais sekaligus menjadi cikal bakal berkembangnya usaha ikan nilanya hingga sekarang. 

"Untuk menjaga gen ikan nila yang saya juluki "Ikan Nila Raja Inal" tetap terjaga dan berkualitas saya mengawinsilangkannya dengan indukan ikan nila berasal dari Danau Toba," katanya. 

Perkembangan kawin silang ikan nila gift yang berasal dari Danau Siais dan Danau Toba ternyata cukup baik dan menjanjikan serta berpotensi untuk pengembangan ke depan. Sekarang ikan nila "Raja Inal" banyak permintaaan pasar baik dalam dan luar daerah.

Nur Batubara juga menyinggung potensi Danau Siais yang sangat menjanjikan, sayang tidak digali maksimal. Padahal, sekarang akses jalan bagus (dibangun masa Bupati Syahrul M.Pasaribu). Tak seperti sebelum 2012 buruknya akses jalan.
Lokasi budidaya ikan nila Kerambah Jaring Apung Muhammad Nur Batubara di Desa Sampean, Sipirok, Tapsel, Minggu (20/6) (ANTARA/Kodir)

Butuh Mitra

Usaha ikan nila "Raja Inal" Nur Batubara sekarang sudah berjalan (berhasil). Boleh dikatakan dia sudah menjadi pengusaha muda. Bahkan puluhan jiwa warga bergantung hidup dari usaha ikannya. Mulai karyawan, pengecer dan lainnya.

Nur Batubara berkeinginan agar bagaimana dari usahanya ini bisa mendorong orang lain ikut menikmati hasilnya, apalagi pasarnya sangat sangat menjanjikan mengingat tingginya kebutuhan akan ikan air tawar. Harga jual ikan nila sekarang capai Rp25/kg.

Oleh karenanya, kata dia, ada mitra kerja yang mau bekerjasama untuk mengembangkan usaha nilanya, baik pihak swasta maupun pemerintah, dia sangat 'welcome'. Apalagi kolam miliknya masih mampu menampung ratusan petak KJA ukuran sama miliknya.

"Memang sebelumnya saya juga sudah sempat membina lima petani ikan nila Sipirok menutupi permintaan pasar dengan sistem kerjasama. Namun terhenti dampak pandemi COVID-19," katanya seraya berharap pandemi cepat berlalu. 

Sekarang Nur Batubara akan terus bergerak mengembangkan bibit nila "Raja Inal". Tidak saja bidang pembesaran dalam waktu 4,5 bulan setelah bibit 1,5 bulan masuk KJA bisa di jual, tetapi ke arah penjualan khusus bibit ikan nila kepada masyarakat.

Pun demikian persoalan pakan hal yang menjadi kunci usahanya. Selama ini ia menggunakan pakan berupa pelet yang sengaja dibeli dari luar. Kebutuhan pakan per petak KJA atau 5000 ekor bibit mencapai 1,6 ton atau seharga Rp11 ribu/kg.

Muhammad Nur Batubara boleh dikatakan telah membuka peluang bisnis baru bagi pihak ketiga bilamana dapat (mau) membangun teknologi terkait pakan ikan nila di Tapanuli Selatan dalam upaya membantu petani ikan. 

"Kita juga siap bekerjasama dengan berbagai pihak dalam hal pengembangan pakan ikan agar lebih bernilai ekonomis terhadap kebutuhan. Sumber daya alam Tapsel dinilai cukup mendukung pengembangannya,"katanya. 

Muhammad Nur Batubara yang beralamat tinggal di Desa Paran Padang simpang SMA Plus Sipirok optimis kedepan Ikan Nila "Raja Inal" sangat berpotensi bisa menjadi komoditi unggulan Sipirok selain Kopi Arabika yang sudah mendunia dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. 

"Dengan langkah-langkah ini saya yakin visi misi Pemkab Tapsel di bawah kepemimpinan Pak Dolly P.Pasaribu untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, dan sejahtera bisa tercapai," katanya, semoga!

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021