Universitas Methodist Indonesia (UMI) segera menggandeng Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah 1 Medan dalam melakukan kajian terhadap kegempaan yang terjadi di Samosir, Sumatera Utara.

Rektor Universitas Methodist Indonesia (UMI), Humuntal Rumapeayang di Medan, Sabtu (19/6), mengatakan pemahaman kegempaan di Sumatera Utara, khususnya di Kabupaten Samosir saat ini menjadi sangat penting untuk dilakukan kajian bersama.

Atas dasar itu pihaknya akan menggandeng BBMKG dalam melakukan kolaborasi bersama untuk melihat potensi kegempaan di Samosir, sejauh mana dampak dari kegempaan yang terjadi.

Baca juga: BMKG: Sebagian wilayah Sumut berpotensi hujan ringan

Dari diskusi dilakukan diharapkan bisa membuka pemahaman tentang kegempaan yang terjadi di Kabupaten Samosir dan mendorong dosen di UMI bisa melakukan kajian bersama dalam memberi pemahaman kepada masyarakat.

"Ke depan UMI juga akan mendorong para dosen untuk membuka peluang kerja sama kebencanaan baik dari bencana hindrometeorologi dan geofisika," katanya.

Sementara, peneliti Pusat Gempa Regional (PGR) 1 BBMKG Medan, Marzuki Sinambela, menjelaskan kegempaan Samosir cukup unik, dan dapat dikategorikan sebagai gempa swarm yaitu frekuensi kegempaannya sering terjadi dan berulang-ulang dan bersifat sangat lokal.

Saat ini, berdasarkan hasil analisa dan monitoring PGR 1, update gempa bumi Samosir mulai 24 Januari hingga 18 Juni 2021 tercatat sebanyak 253 kejadian.

Dimana gempa swarm sebanyak 245 kejadian dan gempa menengah sebanyak 8 kejadian dengan variasi Magnitudo terkecil 0,9 dan Magnitudo terbesar 5,2.

Ia mengatakan peningkatan kebencanaan di Sumatera Utara mendorong perlunya pemahaman yang baik dalam penyebaran informasi layanan BMKG terhadap stockholder.

"BMKG akan terbuka untuk perguruan tinggi dalam membangun sinergitas dalam kajian, kerjasama dan penelitian dibidang bencana hidrometeorologi dan geofisika," katanya.

Pewarta: Juraidi

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021