Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dalam pertemuan pada Minggu (16/5) akan secara terbuka membahas kekerasan yang memburuk antara Israel dan milisi Palestina, kata para diplomat.
Para diplomat mengatakan Amerika Serikat, sekutu dekat Israel, pada awalnya menyarankan pertemuan publik secara virtual dapat diadakan pada Selasa (18/5).
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia berharap bahwa, dengan menunggu beberapa hari, mungkin ada peluang bagi diplomasi untuk membawa perubahan, juga untuk melihat kemungkinan apakah konflik akan menurun.
Baca juga: Serangan udara meningkat, Israel kerahkan pasukan di sepanjang perbatasan Gaza
Ia menambahkan bahwa Washington "terbuka dan mendukung diskusi terbuka di PBB".
Pertikaian antara Israel dan warga militan Palestina telah memasuki hari kelima pada Jumat, tanpa ada tanda-tanda akan mereda.
Israel menembakkan artileri dan melakukan lebih banyak serangan udara terhadap kelompok militan Palestina di Jalur Gaza, sementara tembakan roket terus-menerus berjatuhan di dalam kawasan pusat perdagangan Israel.
DK PBB, yang beranggotakan 15 negara, telah bertemu dua kali secara pribadi minggu ini untuk membahas permusuhan terburuk di kawasan itu dalam beberapa tahun ini. Tetapi, sejauh ini mereka belum sepakat dalam menyampaikan pernyataan publik, kata para diplomat.
Pernyataan seperti itu harus disetujui melalui konsensus, sementara AS tidak yakin bahwa pernyataan DK PBB akan membantu memperbaiki keadaan, kata mereka.
Israel melancarkan serangannya terhadap militan di Gaza setelah Hamas menembakkan roket ke Yerusalem dan Tel Aviv --sebagai pembalasan atas bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di dekat Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur selama bulan Ramadhan.
Khawatir bahwa permusuhan bisa lepas kendali, AS mengirim utusan ke wilayah tersebut.
AS akan terus secara aktif terlibat dalam diplomasi di tingkat tertinggi untuk mencoba meredakan ketegangan, kata Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield di Twitter, setelah pertemuan DK PBB pada Minggu disepakati.
Upaya gencatan senjata oleh Mesir, Qatar, dan PBB sejauh ini tidak menunjukkan kemajuan.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Para diplomat mengatakan Amerika Serikat, sekutu dekat Israel, pada awalnya menyarankan pertemuan publik secara virtual dapat diadakan pada Selasa (18/5).
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia berharap bahwa, dengan menunggu beberapa hari, mungkin ada peluang bagi diplomasi untuk membawa perubahan, juga untuk melihat kemungkinan apakah konflik akan menurun.
Baca juga: Serangan udara meningkat, Israel kerahkan pasukan di sepanjang perbatasan Gaza
Ia menambahkan bahwa Washington "terbuka dan mendukung diskusi terbuka di PBB".
Pertikaian antara Israel dan warga militan Palestina telah memasuki hari kelima pada Jumat, tanpa ada tanda-tanda akan mereda.
Israel menembakkan artileri dan melakukan lebih banyak serangan udara terhadap kelompok militan Palestina di Jalur Gaza, sementara tembakan roket terus-menerus berjatuhan di dalam kawasan pusat perdagangan Israel.
DK PBB, yang beranggotakan 15 negara, telah bertemu dua kali secara pribadi minggu ini untuk membahas permusuhan terburuk di kawasan itu dalam beberapa tahun ini. Tetapi, sejauh ini mereka belum sepakat dalam menyampaikan pernyataan publik, kata para diplomat.
Pernyataan seperti itu harus disetujui melalui konsensus, sementara AS tidak yakin bahwa pernyataan DK PBB akan membantu memperbaiki keadaan, kata mereka.
Israel melancarkan serangannya terhadap militan di Gaza setelah Hamas menembakkan roket ke Yerusalem dan Tel Aviv --sebagai pembalasan atas bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di dekat Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur selama bulan Ramadhan.
Khawatir bahwa permusuhan bisa lepas kendali, AS mengirim utusan ke wilayah tersebut.
AS akan terus secara aktif terlibat dalam diplomasi di tingkat tertinggi untuk mencoba meredakan ketegangan, kata Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield di Twitter, setelah pertemuan DK PBB pada Minggu disepakati.
Upaya gencatan senjata oleh Mesir, Qatar, dan PBB sejauh ini tidak menunjukkan kemajuan.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021