Antonio Conte mengungkapkan dirinya merasakan tantangan yang dihadapinya sebagai pelatih Inter Milan hampir serupa dengan kesulitan yang dialaminya saat masih pertama kali menangani Juventus satu dasawarsa silam.

Masa-masa di Juventus merupakan momen pemantik kegemilangan karier kepelatihan Conte, yang sempat terseok-seok dalam sekira empat tahun pertamanya sebagai juru taktik.

Sebelum itu rekam jejak Conte hanyalah membawa Bari juara Serie B pada 2009 dan membawa Siena promosi ke Serie A dua musim kemudian.

Baca juga: Kalahkan Benevento 2-0, Milan naik ke posisi kedua

Dua raihan menjanjikan itu membuat Conte dipercaya menduduki kursi pelatih Juventus, selepas pemecatan Luigi Delneri pada pengujung musim 2010/11.

Conte tiba di Juventus yang dua musim beruntun cuma finis di posisi ketujuh, lima tahun setelah skandal calciopoli yang membuat mereka terdegradasi ke Serie B berlalu.

Menurut Conte, situasi yang dihadapinya di Juve sama beratnya dengan apa yang ia rasakan selama dua musim terakhir menangani Inter, yang sudah satu dasawarsa tidak juara ketika ia tiba di Giuseppe Meazza.

Baca juga: Conte sumringah, selangkah lagi ukir catatan bersejarah untuk Inter

"Keduanya situasi yang sangat sulit, sebab saya bergabung dengan Juventus setelah meraih promosi bersama Siena dan Juve baru saja finis ketujuh di liga," kata Conte dilansir laman resmi Inter, Minggu WIB.

"Tidak ada visi yang jelas dan kami tidak diunggulkan, tetapi mampu mengalahkan tim-tim kuat. Sejak itu, siklus penting dimulai," ujarnya menambahkan.

Conte pada akhirnya jadi peletak batu pondasi dinasti Juventus dengan memenangi tiga dari sembilan gelar scudetto beruntun Si Nyonya Tua sebelum ia dipercaya menangani tim nasional Italia.

Setelah tenor yang medioker di skuad Gli Azzurri, Conte hijrah ke Chelsea dan di musim pertamanya langsung membawa The Blues juara Liga Premier Inggris hanya untuk jadi korban rutinitas pemecatan Roman Abramovich semusim berselang.

Menganggur setahun, Conte kembali ke tanah kelahirannya dan menerima pinangan Inter, keputusan yang diakuinya sebagai sesuatu yang tidak mudah.

Sebab Conte tak semata harus menangani tim yang sudah lama tidak juara tetapi juga memenangi hati para tifosi yang menjadikannya sosok antagonis semasa melatih Juventus maupun kala mengemban ban kapten Si Nyonya Tua.

"Untuk datang ke sini adalah keputusan terberat saya, sebab banyak orang akan bersembunyi dari tantangan ini. Saya ingin menguji diri sendiri, saya menyukai tantangan dan saya selalu bilang saya adalah penggemar nomor satu setiap tim yang saya wakili," katanya.

"Tidak mudah memenangi hati para suporter dan saya paham itu, tetapi saya yakin selalu memberi segalanya untuk tim yang saya latih. Saya terlibat hanya untuk memberikan kemampuan terbaik dan saya puas sebab kami sudah melakukan hal yang luar biasa," ujar Conte melengkapi.


Atmosfer positif

Musim lalu Conte mampu merejuvenasi Inter ke posisi runner-up Serie A dengan raihan 82 poin, hanya tertinggal satu poin dari Juve, serta mencapai final Liga Europa meskipun akhirnya dikalahkan Sevilla.

Kendati torehan di Eropa musim ini relatif memalukan karena Inter berakhir sebagai juru kunci fase penyisihan Grup B Liga Champions, Conte kini di ambang menyudahi paceklik gelar scudetto 11 tahun Nerazurri.

Inter yang baru saja mengalahkan Crotone 2-0 di Ezio Scida pada Minggu dini hari tadi, akan dipastikan menjuarai Liga Italia bila Atalanta gagal menang melawan Sassuolo pada Minggu malam nanti.

Conte mengakui bahwa ia dan skuadnya tinggal selangkah lagi masuk dalam catatan bersejarah Inter, tetapi ia menilai bahwa tantangannya yang dihadapinya beserta para pemainnya akan tetap berat.

Tantangan itu dirasakan sejak ia menerima pekerjaan di Giuseppe Meazza dan Conte merasa akan tetap terjadi di masa depan, kecuali jika atmosfer positif dari dunia luar bisa mengarah ke Inter.

"Ini planet baru bagi saya. Saat itu tidak mudah, sekarang tidak mudah dan rasanya di masa depan juga tidak akan mudah, sebab banyak aspek dinamis yang mempengaruhi," katanya.

"Dan orang-orang selalu menciptakan aura negatif di sekeliling Inter, bahkan dalam peluang sekecil apa pun. Jika saja lebih banyak atmosfer positif saat membicarakan Inter, itu akan menyenangkan," pungkas Conte.

Bila Atalanta menjegal pesta juara pekan ini, Conte berpeluang menyabet trofi Serie A keempatnya bila Inter sekurang-kurangnya main imbang saat menjamu Sampdoria di Giuseppe Meazza pada Sabtu (8/5) pekan depan.
 

Pewarta: Gilang Galiartha

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021