Tanoto Foundation mengklaim hingga November 2020 telah memberi manfaat bagi lebih dari 17.500 guru dan dosen di 21 kabupaten atau kota di Indonesia sebagai komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, Belinda Tanoto dalam sambutannya di Tanoto Facilitator Gathering 2020, Senin, mengatakan, Tanoto menggunakan pendekatan berbasis data dan bukti agar Program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) lebih terarah dan efektif.

Tanoto Facilitator Gathering (TFG) adalah acara tahunan untuk memberi apresiasi kepada fasilitator Program PINTAR yang terdiri dari guru, kepala sekolah, dan pengawas di daerah mitra, serta dosen di LPTK mitra Tanoto Foundation.

Dalam acara tersebut, para fasilitator juga diberi pelatihan untuk mengembangkan kapasitas dalam pembelajaran, saling belajar dan membangun jejaring antarfasilitator. Serta mendengarkan inspirasi dari berbagai pembicara dan pengisi acara.

TFG 2020 yang digelar pada 19, 24, dan 25 November adalah penyelenggaraan yang pertama, dengan menghadirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem, mantan CEO Jawa Pos Group Dahlan Iskan. Serta Psikolog dan Humanitarian Alissa Wahid, Menteri Pendidikan Nasional 2009-2014 Mohammad Nuh, Ketua Dewan TIK Nasional Ilham Akbar Habibie, dan pembicara inspiratif lainnya.

Dalam TTG 2020, Tanoto memberi apresiasi 1.047 guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan dosen yang menjadi fasilitator Program PINTAR.

Menurut Belinda, Tanoto selalu menjalin kemitraan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dia memberi contoh, Tanoto bersama Asia Philanthropy Circle dan Djarum Foundation pada tahun 2017, menunjuk McKinsey & Company untuk melakukan studi tentang area-area intervensi yang paling berdampak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dia menegaskan, prinsip kemitraan dilakukan karena Tanoto menyadari, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tidak bisa bekerja sendiri. Untuk itu, katanya, Tanoto terus menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga pemerintah dan swasta, dari tingkat lokal, regional hingga internasional.

CEO Global Tanoto Foundation Satrijo Tanudjojo, menegaskan, masa pandemi COVID-19 menjadi momentum bagi tenaga pendidik untuk mengubah paradigma dalam pembelajaran. Jika sebelum pandemi, guru mengajar di kelas sesuai dengan kurikulum dan murid mendengarkan dan belajar. Maka saat pandemi dibutuhkan pendekatan berbeda agar murid bisa mengikuti pembelajaran dengan baik saat disampaikan secara daring.

“Kita kembali ke hakikat awal dari pembelajaran dengan memberikan arahan kepada murid dan murid lah yang menjadi aktor di dalam pembelajaran," katanya.

Murid, katanya, akan belajar dari konten digital, dari sumber yang sudah ada dan tugas guru adalah untuk memandu konten apa yang perlu dipelajari tanpa membatasi wawasan yang murid bisa belajar dari konten digital itu.

Dalam situasi itu, ujar Satrijo Tanudjojo, kita diajak untuk merenungi arti dan inti pendidikan, yaitu menempatkan siswa pada pusat pembelajaran. Satrijo Tanudjo menegaskan, meski dana yang dikeluarkan Tanoto pada 2020 lebih besar dari 2019 akibat adanya pandemi COVID-19, namun program di tahun 2021 tetap sesuai rencana.

"Tanoto tetap memegang komitmen membantu peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia sesuai filosofi Tanoto Foundation yakni pendidikan berkualitas bisa mempercepat terciptanya kesetaraan peluang," katanya.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020