Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara menggelar pelatihan survei kepadatan dan monitoring populasi orang utan di Bahorok, Kabupaten Langkat.
"Pelatihan tersebut dilaksanakan tanggal 19 hingga 24 Oktober 2020, di Ecolodge Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat," ujar Kepala BBKSDA Sumut Hotmauli Sianturi dalam keterangan yang diterima di Medan, Jumat (23/10).
Ia mengatakan kegiatan tersebut diselenggarakan Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pematang Siantar bekerja sama dengan BBKSDA Sumut dan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL).
Konservasi orang utan di Sumatera, kata dia, membutuhkan populasi di suatu bentang alam antarwaktu tertentu.
Baca juga: BBKSDA Sumut lepasliarkan satwa dilindungi ke TWA Danau Sicike Cike
"Informasi populasi dan gangguan habitat sangat dibutuhkan untuk menentukan skala prioritas konservasi orang utan di Indonesia," ujarnya.
Hotmauli menjelaskan pada 2009-2011 telah dilakukan di seluruh habitat yang terdapat populasi liar. Hasil survei tersebut menjadi rujukan utama populasi orang utan sumatra dalam penyusunan Strategi Rencana Aksi Konservasi Orang Utan 2019-2029.
Survei dan monitoring populasi orang utan dilakukan setiap 10 tahun sekali. Survei tersebut fokus pada benteng alam terluas yang dikenal dengan kawasan ekosistem Leuser dan benteng alam lainnya dilakukan secara parsial.
"Dalam rentang 10 tahun tersebut berbagai program konservasi orang utan terus berjalan dengan berbagai kegiatan untuk memastikan populasi orang utan tetap lestari," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Pelatihan tersebut dilaksanakan tanggal 19 hingga 24 Oktober 2020, di Ecolodge Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat," ujar Kepala BBKSDA Sumut Hotmauli Sianturi dalam keterangan yang diterima di Medan, Jumat (23/10).
Ia mengatakan kegiatan tersebut diselenggarakan Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pematang Siantar bekerja sama dengan BBKSDA Sumut dan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL).
Konservasi orang utan di Sumatera, kata dia, membutuhkan populasi di suatu bentang alam antarwaktu tertentu.
Baca juga: BBKSDA Sumut lepasliarkan satwa dilindungi ke TWA Danau Sicike Cike
"Informasi populasi dan gangguan habitat sangat dibutuhkan untuk menentukan skala prioritas konservasi orang utan di Indonesia," ujarnya.
Hotmauli menjelaskan pada 2009-2011 telah dilakukan di seluruh habitat yang terdapat populasi liar. Hasil survei tersebut menjadi rujukan utama populasi orang utan sumatra dalam penyusunan Strategi Rencana Aksi Konservasi Orang Utan 2019-2029.
Survei dan monitoring populasi orang utan dilakukan setiap 10 tahun sekali. Survei tersebut fokus pada benteng alam terluas yang dikenal dengan kawasan ekosistem Leuser dan benteng alam lainnya dilakukan secara parsial.
"Dalam rentang 10 tahun tersebut berbagai program konservasi orang utan terus berjalan dengan berbagai kegiatan untuk memastikan populasi orang utan tetap lestari," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020