PT Bio Farma (Persero) menargetkan untuk bisa memproduksi 3 juta reagen untuk pemeriksaan COVID-19 dengan metode Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) atau tes PCR.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin 5/10), menjelaskan produksi reagen mulai dilakukan bulan ini dengan kapasitas produksi 1,5 juta.
"Sekarang kami sudah bisa produksi reagen untuk tes PCR yang selama ini kita kewalahan karena kita rebutan produk ini. Mulai bulan ini kami sudah bisa memproduksi dengan kemampuan produksi 1,5 juta tes per bulan dan kami sedang mencoba menaikkan kapasitas menuju 3 juta per bulan," katanya.
Baca juga: Kasus infeksi corona di India naik jadi 6,63 juta
Honesti menuturkan peningkatan produksi reagen untuk tes PCR didorong menjadi 3 juta tes per bulan guna mendukung target pemerintah untuk melakukan tes pemeriksaan COVID-19 hingga 80 ribu tes per hari.
"Berarti kita minimal butuh 2,4 juta-2,5 juta reagen per bulan. Makanya kami sedang coba meningkatkan kapasitas 3 juta reagen produksinya," imbuh Honesti.
Selain mulai memproduksi reagen untuk tes PCR sendiri, holding BUMN farmasi melalui Kimia Farma juga telah bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Riset dan Teknologi untuk memproduksi rapid test kit (alat tes cepat) dengan target produksi 100 ribu tes per bulan.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Bio Farma segera memproduksi alat tes PCR dan tes cepat (rapid test kit) untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan dalam negeri.
Luhut yang juga Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu menyebut alat tes PCR Bio Farma sudah bisa diproduksi 1,5 juta dan bisa naik 3,5 juta per bulan.
"Tapi yang betul-betul mesti diperhatikan adalah stok reagen-nya. Reagen ini saya minta Pak Honesti (Dirut Bio Farma) untuk juga produksi dalam negeri. Produksi dalam negeri masih terbatas, sekarang bagaimana kita tingkatkan kapasitas itu," ujar Luhut.
Reagen diperlukan untuk ekstraksi yang digunakan dalam pengecekan spesimen. Reagen berisi sejumlah senyawa kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin 5/10), menjelaskan produksi reagen mulai dilakukan bulan ini dengan kapasitas produksi 1,5 juta.
"Sekarang kami sudah bisa produksi reagen untuk tes PCR yang selama ini kita kewalahan karena kita rebutan produk ini. Mulai bulan ini kami sudah bisa memproduksi dengan kemampuan produksi 1,5 juta tes per bulan dan kami sedang mencoba menaikkan kapasitas menuju 3 juta per bulan," katanya.
Baca juga: Kasus infeksi corona di India naik jadi 6,63 juta
Honesti menuturkan peningkatan produksi reagen untuk tes PCR didorong menjadi 3 juta tes per bulan guna mendukung target pemerintah untuk melakukan tes pemeriksaan COVID-19 hingga 80 ribu tes per hari.
"Berarti kita minimal butuh 2,4 juta-2,5 juta reagen per bulan. Makanya kami sedang coba meningkatkan kapasitas 3 juta reagen produksinya," imbuh Honesti.
Selain mulai memproduksi reagen untuk tes PCR sendiri, holding BUMN farmasi melalui Kimia Farma juga telah bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Riset dan Teknologi untuk memproduksi rapid test kit (alat tes cepat) dengan target produksi 100 ribu tes per bulan.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Bio Farma segera memproduksi alat tes PCR dan tes cepat (rapid test kit) untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan dalam negeri.
Luhut yang juga Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu menyebut alat tes PCR Bio Farma sudah bisa diproduksi 1,5 juta dan bisa naik 3,5 juta per bulan.
"Tapi yang betul-betul mesti diperhatikan adalah stok reagen-nya. Reagen ini saya minta Pak Honesti (Dirut Bio Farma) untuk juga produksi dalam negeri. Produksi dalam negeri masih terbatas, sekarang bagaimana kita tingkatkan kapasitas itu," ujar Luhut.
Reagen diperlukan untuk ekstraksi yang digunakan dalam pengecekan spesimen. Reagen berisi sejumlah senyawa kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020